Pantai Kili-Kili: Balai Konservasi Penyu Pertama di Trenggalek

waktu baca 4 menit
Selasa, 21 Agu 2012 16:00 0 595 Mh Badrut Tamam
Trenggalek merupakan salah satu Kabupaten di Jawa Timur yang memiliki sektor pariwisata yang perlu dimasukkan dalam daftar liburan. Selain Pantai Prigi dan Gua Lowo yang menjadi andalan pariwisata Kabupaten ini, ada tempat yang lebih menarik yang berada di Kecamatan Panggul. Panggul merupakan salah satu kecamatan yang jaraknya sekitar lebih dari 50 km dari Kota Trenggalek dan berbatasan dengan Kabupaten Pacitan. Akses ke daerah ini memang tergolong sulit mengingat medan yang ditempuh butuh waktu sekitar dua jam melewati perbukitan karst. Jika Anda dari arah Surabaya, cukup dengan naik travel sudah bisa mengunjungi tempat ini.  
Edisi reportase yang Saya lakukan kali ini adalah menjelajahi wilayah di Kecamatan Panggul, Desa Wonocoyo sekalian juga mudik dan promosi kampung halaman, hehehe… Pesona wisata yang ditawarkan di daerah ini cukup menjanjikan. Pantai pasir dengan ombak pantai selatan yang bergulung-gulung menggoda indah. Di Kecamatan Panggul terdapat obyek wisata pantai yang terkenal yakni Pantai Pelang dengan ciri khasnya terdapat pulau kecil dekat dengan pantai yang mirip dengan di Tanah Lot di Bali dan adanya air terjun. Selain itu terdapat pantai Konang yang merupakan tempat para nelayan mencari ikan. 
Dari tadi Saya basa-basi menjelaskan promosi wisata dan sekarang saatnya Saya ingin mengekspose wisata baru yang ada di Kecamatan ini, yakni Pantai Kili-Kili. Pantai ini diapit oleh Pantai Konang yang berada di sebelah timur dan Pantai Pelang yang berada di sebelah Barat. Jika Pantai Konang punya ciri khas Nyiur yang rimbun dan dipenuhi dengan perahu nelayan dan Pantai Pelang dengan ciri khas pulau mirip Tanah Lot dan air terjun, maka di Pantai Kili-Kili ciri khasnya selain hamparan pantai pasir juga dipenuhi dengan tumbuhan Pandan (Pandanus odoratissimus) yang hampir memanjang di tepi pantai. 
Pantai Konang

Pantai Pelang

Pantai Kili-Kili 
Pantai ini sebenarnya bukan tempat wisata karena akses ke tempat ini berupa persawahan yang hanya dapat dilalui dengan sepeda atau motor. Namun semenjak bulan Mei 2012, tempat ini mendapat perhatian dari Pemkab semenjak ditemukannya penyu-penyu yang sering bertelur di Pantai ini. Sebenarnya warga setempat sudah mengetahui bahwa antara bulan Mei hingga Agustus adalah musim penyu bertelur di tempat ini. Akan tetapi warga setempat yang tidak mengerti tentang fauna ini malah membantai penyu-penyu tersebut untuk dikonsumsi dan diambil telur-telurnya. Sungguh sadis. Paman Saya sendiri pernah melakukannya kontak bikin Saya jengkel. 
Tapi syukurlah, sekarang Pantai Kili-Kili ini sudah menjadi tempat konservasi penyu yang termasuk hewan langkah dan dilindungi tersebut. Warga sekitar sudah takut akan undang-undang mengenai perburuan dan perdagangan hewan ini. Malahan warga setempat ikut berpartisipasi dalam kegiatan konservasi ini meskipun tidak dibayar. 
Saya sendiri berkunjung pada bulan Agustus 2012, padahal peresmian tempat ini sudah dilakukan pada bulan Mei sebelumnya. Jadi Saya ketinggalan peresmian sekaligus puncaknya musim bertelurnya penyu-penyu cantik ini. Tak apalah nunggu tahun depan lagi. 
Siang itu Saya berangkat ke lokasi konservasi yang jaraknya sekitar 1 km dari rumah melewati areal sawah yang dikelilingi perbukitan karst dan pualam dengan motor. Akses ke lokasi masih sulit, sehingga Saya menaruh motor di pinggir sawah dan jalan kaki sekitar 10 menit menuju pantai. Untung musim kemarau jadi jalanan tidak becek. Setelah tiba, tempat ini masih semerawut dengan kolam penyu yang seadanya. 
Kunjungan Saya kurang beruntung karena semua telur sudah menetas dan jumlah tukik yang ada di penangkaran ada 3 jenis, yakni Penyu Hijau (Chelonia mydas), Penyu Sisik (Eretmochelys imbricata), dan Penyu Abu-abu (Lepidochelys olivacea). Padahal masih ada satu lagi yang tidak Saya jumpai, yakni Penyu Belimbing (Dermochelys olivacea). Namun Saya bersyukur masih bisa berjumpa dengan tukik-tukik yang lucu tersebut. 
 Tukik yang berusia satu bulan 
Beberapa tukik yang masih berumur satu bulan berenang gemas di kolam yang sederhana. Di kolam yang agak besar dengan ukuran sekitar 2 x 3 meter terdapat kira-kira ratusan lebih tukik yang belum dilakukan penyortiran. Juga ada satu kolam khusus untuk tukik yang terkena jamur white spot untuk dikarantina agar tidak menular ke tukik yang lain. Keadaan kolam ini kurang memadahi. Kondisi kebersihan kolam, sanitasi, serta banyaknya populasi penyu dalam kolam membuat tukik rentan sakit bahkan mati. Hal ini dikarenakan dana yang dialokasikan untuk pembenahan belum maksimal. 

Tukik yang mati
Pantai Kili-Kili memiliki potensi sebagai tempat bertelurnya penyu dikarenakan tempat ini bebas polusi cahaya serta banyak dijumpai pohon pandan yang merupakan sinyal bagi penyu yang hendak bertelur. Tempat ini juga menjadi salah satu rute perjalanan dari Samudra Pasifik dan Samudra Hindia. Indonesia sendiri merupakan tempat persinggahan 6 dari 7 spesies penyu yang ada di dunia. Bahkan IUCN (Red List of Threatened Species) mengkategorikan satwa ini “sangat terancam”. 

Pohon pandan di sepanjang Pantai Kili-Kili
Pantai ini merupakan salah satu dari 3 tempat konservasi penyu yang ada di Jawa Timur. Harapan ke depan semoga tempat ini mendapat perhatian yang serius baik dari baik pusat maupun daerah agar pembenahan balai konservasi ini menjadi lebih baik. 
 Save turtle!

Mh Badrut Tamam

Mh Badrut Tamam

Lecturer
Science Communicator
Governing Board of Generasi Biologi Indonesia Foundation

Tidak ada komentar

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Arsip

Kategori

Kategori

Arsip

LAINNYA
x