Sistematika dan Taksonomi

waktu baca 6 menit
Kamis, 10 Mar 2016 16:12 0 4031 Mh Badrut Tamam
Biologi adalah kajian ilmu yang sangat luas, masih banyak sekali cabang-cabang dari biologi antara lain ada; taksonomi, mikrobiologi, genetika, ekologi dan sebagainya.  Taksonomi (taxonomy) merupakan rentetan proses penemuan, deskripsi, klasifikasi dan memberikan nama (nomenclature) pada suatu organisme. 
Taksonomi merupakan sebagai bagian dari mempelajari hubungan tiap kelompok takson dan prinsip-prinsip yang ada di dalam proses klasifikasi yang lebih dikenal dengan sistematik. Sehingga dengan mempelajari taksonomi maka akan memudahkan kita dalam belajar karakter, sifat, siklus dari suatu mahluk hidup. 
Sistematik (systematics) merupakan kajian yang lebih luas dari taksonomi tradisional dengan tambahan teori dan aspek praktis tentang evolusi, genetika dan spesiasi. Selain itu, sistematik juga dapat digunakan untuk membantu mempelajari hubungan evolusioner antar organisme. Dalam konteks ini lebih banyak dikenal dengan filogeni (Phylogenetics). Selain itu, taksonomi juga dapat diartikan sebagai mengklasifikan suatu organisme dalam tingkatan hirearki atau dalam tingkatan taksonomi (seperti kerajan (kingdom), bangsa (ordo), suku (famili), marga (genus) dan jenis (spesies) berdasarkan karakter-karakter yang sama. Dengan adanya perbedaan dan persamaan ini maka kita bisa mengelompokkan mahluk hidup.
Taksonomi adalah ilmu dasar dari berbagai cabang ilmu terapan dari biologi seperti genetika molekuler, biokimia dan sebagainya. Tapi di Indonesia sekarang sangat sedikit sekali peminat taksonomi. Banyak orang menganggap bahwa taksonomi merupakan ilmu yang kuno, banyak hafalan, sulit karena harus tau klasifikasi dan juga sulit untuk menghafalkan nama-nama ilmiah dari hewan. Ini yang membuat taksonomi di Indonesia sulit berkembang, sehingga tertinggal dari negara-negara lain. Padahal Indonesia merupakan negara pemilik biodiversitas yang sangat melimpah dan beragam, tapi hasil-hasil penelitian yang berkaitan dengan taksonomi sangat sedikit.
Penelitian-penelitian yang berkaitan dengan taksonomi juga kurang didukung oleh pemerintah, sehingga ini juga menghambat perkembangan taksonomi di Indonesia. Meskipun sekarang taksonomi juga bisa dilakukan melalui analisis secara biokimia analitik maupun DNA squencing, tapi dana yang dibutuhkan begitu besar dan pemerintah tidak menyediakan dana tersebut.

Klasifikasi 

Untuk mengenali dan mempelajari makhluk hidup secara keseluruhan tidak mudah sehingga dibuat klasifikasi (pengelompokan) makhluk hidup. Klasifikasi makhluk hidup adalah suatu cara memilah dan mengelompokkan makhluk hidup menjadi golongan atau unit tertentu. Klasifikasi bisa dilakukan dengan membandingkan satu spesies yang belum diketahui dengan membandingkan persamaan-persamaan sifat yang ada dalam spesies tersebut, sehingga kita dapat menentukan spesies tersebut.
Apabila dalam proses identifikasi tidak ditemukan kerabat dekat dan tidak ditemukan namanya, serta sudah di cek diseluruh museum yang ada di dunia tapi belum ada jenis seperti itu, maka peneliti berhak mendeskripsikan dan mengajukan publikasi di dunia internasional dan memberikan nama pada spesies yang ditemukan tersebut.
Urutan klasifikasi makhluk hidup dari tingkat tertinggi ke terendah (yang sekarang digunakan) adalah Domain (Daerah), Kingdom (Kerajaan), Phylum atau Filum (hewan)/Divisio (tumbuhan), Classis (Kelas), Ordo (Bangsa), Famili (Suku), Genus (Marga), dan Spesies (Jenis).
Tujuan klasifikasi makhluk hidup adalah untuk mempermudah mengenali, membandingkan, dan mempelajari makhluk hidup. Membandingkan berarti mencari persamaan dan perbedaan sifat atau ciri pada makhluk hidup. Klasifikasi makhluk hidup didasarkan pada persamaan dan perbedaan ciri yang dimiliki makhluk hidup, misalnya bentuk tubuh atau fungsi alat tubuhnya. Makhluk hidup yang memliliki ciri yang sama dikelompokkan dalam satu golongan.

Perkembangan Taksonomi

Taksonomi merupakan disiplin ilmu yang sudah sejak lama dikembangkan oleh manusia. Dengan taksonomi maka hidup akan menjadi lebih mudah, lebih ringkas, lebih efisien. Taksonomi juga mengembangkan filsafat yang melatarbelakangi perkembangan konsepnya.
Spesies membentuk organisasi dengan kriteria tertentu dalam populasi:
A. Mempunyai kemampuan kawin sendiri dan mewariskan sifat kepada keturunannya.
B. Mengalami perubahan genetik, yaitu modifikasi genyang bisa diturunkan pada keturunannya.
C. Mengalami persaingan individu dengan spesies lain dan dalam komunitas.
D. Mengalami seleksi individu yang akan mampu melanjutkan organisasi.
E. Menggalang pembinaan populasi secara menyeluruh.
Perkembangan ilmu taksonomi tidak lepas dari sejarah taksonomi itu sendiri. Dari zaman ke zaman sangat pesat perkembangan taksonomi diantaranya yaitu:
1. Zaman Yunani Kuno
Pada zaman sebelum socrates, banyak orang pada masa itu berspekulasi tentang asal mula dari mahluk hidup, pemikiran inilah yang nanti akan menjadi awal mulanya dari ilmu-ilmu yang lain termasuk klasifikasi dan taksonomi.
2, Zaman Setelah Socrates
Salah satu murid dari Socrates adalah Plato, dia menyatakan bahwa asal mula kehidupan di Bumi berasal dari manusia dan pada manusia organ yang pertama ada adalah kepala karena dia menganggap bahwa kepala adalah ruh dan jiwa dari manusia.
Taksonomi resmi ada sejak zaman yunani kuno, yang melakukan hal ini adalah Aristoteles yang mengikuti filsafat democritus. Aristoteles membagi binatang menjadi dua kategori yaitu hewan yang memiliki darah yaitu sanguiferus (berdarah merah / sebagian besar vertebrata) dan binatang tak berdarah (invertebrata).
3. Zaman Pertengahan Sampai Abad ke-18
Zaman renesaince merupakan suatu zaman yang mulai berkembangnya ilmu pengetahun, banyak sekali ilmu-ilmu yang muncul, diantaranya adalah; ilmu pengetahuan alam, seni, sastra arsitektur dan sebagainya. Pada zaman ini juga berkembang ilmu-ilmu botani dan zoologi, serta banyak karya-karya tulis yang mulai diterbitkan.
4. Dari Era Linnaues Sampai Abad ke-19
Carolus Linnaeus merupakan seorang yang terkenal dan dia adalah orang yang mencetuskan konsep spesies dan klasifikasi, konsep ini bisa diterima oleh bnyak kalangan. Dengan adanya konsep ini maka mempelajari mahluk hidup menjadi lebih mudah, serta memunculkan penelitian-penelitian biologi yang lebih maju. Ilmu ini terus berkembang sampai abad ke 20 dan pada abad 20 ini berkembang ilmu-ilmu tentang molekuler, karena dianggap bahwa sudah banyak mahluk hidup yang sudah di deskripsikan dan diberi nama.
5. Abad ke-19 Sampai ke-20
Pada masa ini terjadi peningkatan yang sangat pesat spesies-spesies yang dikenali, serta mulailah berkembang tentang teori evolusi darwin, sehingga klasifikasi bisa berdasarkan dari kekerabatannya. Selain itu Mendel telah menemukan hukum pewarisan sifat yang terjadi dalam mahluk hidup.
6. Pertengahan Abad ke-20
Pada abad ini, DNA, gen dan perkembangan molekuler semakin maju sehingga menyebabkan pengklasifikasian mahluk hidup juga bisa didasarkan dari genetik. Konsep dari spesies akan lebih terinci secara biologi molekuler.   

Peranan Taksonomi

Hakikinya Taksonomi berkaitan dengan keanekaragaman hayati dan itikad disiplin ilmu ini dan para ahlinya adalah menjaga kelestariannya sebaik mungkin. Dalam kaitanya dengan peningkatan peternakan untuk memberi penguatan terhadap daya dukung negara terhadap pesatnya laju pertumbuhsn populasi penduduk telah menempatkan pemerintah Indonesia ke dalam dilema. Di satu sisi dibutuhkan konfersi lahan untuk mendukung peternakan namun di sisi yang lain  melindungi keanekaragaman hayati dan potensinya yang sebagian besar justru berada di hutan atau kawasan yang akan di konfersi.
Taksonomi juga mampu mengeksplor dan menjaga keanekaragaman tingkat genetik dari suatu mahluk hidup. Pengelolaan sumber daya genetika hewan meliputi upaya untuk melestarikan, mengamankan sekaligus memanfaatkan keanekaragaman genetika seoptimal mungkin sehingga berguna bagi generasi sekarang maupun yang akan datang. 
Langkah-langkah operasioal dalam pengelolaan sumber daya genetika yang lengkap, meliputi: 
  1. Kegiatan eksplorasi, inventarisasi, dan identifikasi sumber daya genetika, 
  2. Melakukan koleksi secara ex situ dan in situ, 
  3. Pasporisasi dan dokumentasi, 
  4. Evaluasi, karakterisasi, dan katalogisasi, 
  5. Pemanfaatan, seleksi, hibridisasi, dan perakitan varietas, 
  6. Konservasi dan rejuvinasi, serta 
  7. Pertukaran materi, perlindungan, dan komersialisasi.

Mh Badrut Tamam

Mh Badrut Tamam

Lecturer
Science Communicator
Governing Board of Generasi Biologi Indonesia Foundation

Tidak ada komentar

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Arsip

Kategori

Kategori

Arsip

LAINNYA
x