Efek Polusi Udara Terhadap Mortalisas

waktu baca 4 menit
Kamis, 15 Feb 2018 15:30 0 707 Mh Badrut Tamam
Pencemaran udara adalah masalah global yang sangat mengkhawatirkan saat ini, hal ini disebabkan oleh perkembangan dunia industri, rapatnya populasi manusia didunia ini dapat menjadikan pencemaran udara semakin meningkat. China merupakan negara dengan populasi penduduk terbesar di dunia. China merupakan negara yang sedang melambung reputasinya akhir-akhir ini berkat kemajuan perkembangan dan pertumbuhan ekonominnya yang spektakuler sehingga sering dikatakan dengan berbagai julukan seperti keajaiban China (China’s miracle), lalu kebangkitan sang naga (rise of the dragon), dan julukan bombastis lainnya. Penekanan kemajuan dari segi ekonomi mengakibatkan kerusakan lingkungan. Peningkatan polusi udara, pencemaran air sungai oleh limbah serta pembukaan lahan hutan merupakan salah satu contoh bagaimana pembangunan ekonomi mengakibatkan kerusakan lingkungan. Kondisi ini merupakan fenomena di mana alam dikalahkan oleh kepentingan ekonomi.
Polusi udara merupakan salah satu masalah kesehatan yang paling mendesak di China. Efek polusi udara terhadap kematian di China dipengaruhi oleh beberapa faktor, diantaranya adalah jenis kelamin, usia dan musim. Resiko kematian muncul lebih tinggi pada orang yang berusia lebih dari 75 tahun. Hampir sepertiga kota-kota besar China memiliki udara yang tidak layak dihirup. Hal tersebut menjadikan China sebagai tempat yang memiliki tingkat penyakit pernapasan kronis tertinggi di dunia, dengan kemungkinan kematian lima kali lebih besar daripada di Amerika Serikat Beberapa lapora dikeluarkan oleh para ahli lingkungan China pada tahun 2005 mengestimasikan bahwa polusi udara telah berkontribusi dalam kematian dini yang masif di China. Angkanya mencapai 380.000 orang dan diperkirakan akan mencapai lebih dari 550.000 orang dalam satu dasawarsa. Bahkan menurut WHO, polusi udara menghilangkan nyawa 2 juta orang lebih cepat. Sedangkan data dari World Bank menunjukkan angka yang lebih sedikit yakni 300.000 orang meninggal prematur setiap tahun akibat polusi udara di China. Data tersebut dua kali lebih tinggi dari kematian prematur akibat polusi di wilayah Asia Selatan.
Pola aktivitas manusia sangat bervariasi, dan beberapa aktivitas dapat dilihat dari musim. Banyak aktivitas manusia yang dihabiskan di luar ruangan maka intensitas terpapar polusi udara lebih tinggi. Penduduk lokal mengatakan, mereka hanya melihat langit biru kurang dari 120 hari per tahun. Mereka menyekat jendela untuk mencegah udara yang kotor memasuki rumah mereka. Banyak orang tua merasa khawatir jika anak-anak mereka bermain di luar rumah. Sayuran dan buah-buahan harus dicuci terlebih dahulu dengan deterjen sebelum dikonsumsi. Banyak keluhan yang berkaitan dengan masalah kesehatan, seperti radang tenggorokan kronis, bronchitis, kanker paru-paru dan pulmonary fibrosis.
Bebrapa polutan udara yang sangat berpengaruh terhadap kadar polusi udara di China adalah NO2, SO2 dan particulate matter (PM)10. Setiap kenaikan 10 µg/m3 PM10 berkontribusi menaikkan mortalitas sebesar 0,35%. peningkatan 10 mg / m3 NO2 dan SO2 berhubungan dengan 1,01% tingkat mortalitas. Kota-kota besar di China telah berubah dengan cepat selama tiga dekade terakhir dan telah dihadapkan pada polusi udara yang cukup besar. Kabut padat berbahaya menutupi 1,4 juta km2 dari China dan mempengaruhi lebih dari 800 juta orang pada Januari 2013 silam. Hampir 70% dalam skala domestik, sekarang ini populasi perkotaan telah tercemar oleh polusi udara. Kemudian dalam skala global, China merupakan produsen CO2 terbesar kedua di dunia setelah Amerika Serikat. Faktor penyumbang polusi udara terbesar di China adalah gas buangan dari mesin-mesin dan penggunaan batubara oleh industri. Kualitas udara di China masih dibawah standar nasional, bahkan melebihi 50%.
Asap kendaraan bermotor merupakan sumber utama penghasil karbon monoksida (CO) di berbagai perkotaan. Data mengungkapkan bahwa 60% pencemaran udara disebabkan karena benda bergerak atau transportasi umum yang berbahan bakar solar. Karbon monoksida yang meningkat di berbagai perkotaan dapat mengakibatkan turunnya berat janin dan meningkatkan jumlah kematian bayi serta kerusakan otak. Gas karbon monoksida mampu menghambat pengikatan oksigen pada darah karena gas tersebut lebih mudah terikat oleh darah dibandingkan dengan oksigen dan gas-gas lainnya. Pada kasus darah yang tercemar karbon monoksida dalam kadar 70% hingga 80% dapat menyebabkan kematian.
Penulis: Falah Farikhatin, S. Si
Referensi:
  1. He. G., M. Fan ., And M. Zhou. 2016. The Effect Of Air Pollution On Mortality In China: Evidence From The 2008 Beijing Olympic Games. Journal Of Environmental Economics And Management 79: 18–39.
  2. Lu. F., L. Zhou., Y. Xu., T. Zheng., Y. Guo., G. A. Wellenius., B. A. Bassig., X. Chen., H. Wang And Xiaoying Zheng. 2015. Short-Term Effects Of Air Pollution On Daily Mortality And Years Of Life Lost In Nanjing, China. Science Of The Total Environment 536: 123–129.
  3. Zhou. M., G. He., M. Fan., Z. Wang., Y. Liu., J. Ma., Z. Ma., J. Liu., Y. Liu., L. Wang ., And Y. Liu. 2015. Smog Episodes, Fine Particulate Pollution And Mortality In China. Environmental Research 136: 396–404.
Mh Badrut Tamam

Mh Badrut Tamam

Lecturer
Science Communicator
Governing Board of Generasi Biologi Indonesia Foundation

Tidak ada komentar

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Arsip

Kategori

Kategori

Arsip

LAINNYA
x