Materi Ringkasan Anatomi Tumbuhan

waktu baca 3 menit
Rabu, 14 Feb 2018 18:46 0 3171 Mh Badrut Tamam
Ringkasan materi anatomi tumbuhan ini meliputi anatomi akar, batang, daun, dan bunga. 
AKAR
Akar dapat mengalami pertumbuhan primer dan sekunder. Namun pertumbuhan sekunder hanya terjadi pada tumbuhan dikotil. Kambium pada akar dapa menghasilkan xylem dan floem sekunder (bekerja secara didirection). Sementara xylem dan floem primer dibentuk oleh prokambium dan periskel. 
Bagian-bagian akar monokotil dari luar ke dalam secara melintang antara lain; epidermis, korteks (parenkim), endodermis (selapis sel yang hanya ada pada akar), periskel (kambium pembentuk cabang akar), xylem, floem dan empulur (periskel). Memiliki fiber-sklereid, yaitu jaringan penguat (sklerenkim) khas monokotil.
Akar dikotil tidak memiliki empulur. Parenkim akar dikotil dapat menyimpan cadangan makanan. Epidermis tebal dan tidak memiliki sklerenkim.
Kolumela adalah daerah antara tudung akar dengan daerah pembelahan.
Cabang akar dibentuk dari periskel (saat akar melakukan pertumbuhan sekunder) agar xylem dan floem dapat tersambung hingga ujung cabang akar. Berbeda dengan rambut akar yang terbentuk dari epidermis dan berfungsi sebagai perluasan daerah isapan.
BATANG
Kambium pada batang dapat menghasilkan kayu dan kulit kayu. Berdasarkan penampang batangnya, dapat diketahui bahwa Bayam (Amaranthus) dan bunga pukul empat (Mirabilis jalapa) merupakan dikotil anomali. Sementara lidah buaya dan hanjuang merupakan monokotil anomali.
Beberapa contoh akar anomali antara lain:
  • Mikoriza; hasil simbiosis akar tingkat tinggi dengan jamur dan fosfor. Jamur menempel pada epidermis akar dengan miselium atau hifanya yang masuk ke dalam jaringan parenkim.
  • Bintil akar; simbiosis akar tingkat tinggi dan bakteri. Contohnya pada polong-polongan (kedelai dan kacang hijau) dan rhizobium (dengan bakteri pengikat 
  • Akar udara; struktur akar dengan gabus tebal, epidermis tebal dan felamen. Contohnya pada beringin dan anggrek (monokotil).
  • Umbi akar; struktur akar dengan korteks yang tebal. Contohnya pada singkong (dikotil).


DAUN
Bagian-bagian daun dari atas terdiri dari epidermis atas (penebalan tidak merata), mesofil (parenkim yang berdiferensiasi menjadi jaringan palisade silindris dan spons / bunga karang) serta epidermis bawah. Adapun Sel kipas merupakan parenkim yang mengerut.
Penebalan pada luar daun dilakukan oleh kitin atau lignin yang membentuk kutikula. Urat daun kuat karena ada pembuluh daun dan sklerenkim. Adapun stomata berfungsi untuk memaksimalkan CO2 yang masuk. Pada monokotil (jagung, tebu dan padi) berada di bagian atas dan bawah daun (lebih banyak). Perbedaan lingkungan berpengarh terhadap anatomi perkembangan daun, dimana cahaya membuat perkembangan daun lebih baik. Tumbuhan dikotil memiliki kolenkim, sementara tumbuhan monokotil memiliki sklerenkim.
Pinus merupakan Gymnospermae berdaun anomali dengan epidermis tebal, endodermis, xylem, floem dan mesofil. Adapun Teratai, pada tempat kering, kutikulanya dapat menjadi sangat tebal.
Istilah daun Equifacial merupakan sebutan bagi daun yang bermuka dua; memiliki dua palisade tapi bagian bawah tidak berkembang. Contohnya pada ficus dan beringin.
BUNGA
Gabungan petal (kaliks; kelopak) dan sepal (korola; mahkota) membentuk tepal. Filamen (tangkai sari) memiliki pembuluh. Anther (kotak polen) terdiri dari; epidermis, endodermis (fibrous layer; berperan dalam pemecahan kotak spora / polen), tapetum, pollen mother cells (diploid; dapat habis).
Pada putik terdapat Antipoda (tiga sel paling atas, sebagai bakal buah), dua inti badan polar (dua sel di tengah yang akan dibuahi oleh inti tabung menjadi endosperm), sel telur (salah satu inti di bawah bagian tengah, calon zygot)dan inti sinergid.
Kromosom yang banyak merangsang pertumbuhan lebih cepat, sehingga antipoda dapat berperan sebagai penyimpan cadangan makanan (daging buah). Rekayasa genetika memanfaatkan konsep ini untuk membuat pohon jati dan semangka memiliki kromosom sebanyak 3n bahkan 5n.
Serbuk sari sangat ringan dan mudah menempel pada putik manapun, namun komposisi exine yang berbeda-beda antara satu tumbuhan dengan tumbuhan lain, membuat serbuk sari tidak dapat melakukan pembuahan di sembarang putik.
Penulis: Nadya Haqque Santosa Putri
Mh Badrut Tamam

Mh Badrut Tamam

Lecturer
Science Communicator
Governing Board of Generasi Biologi Indonesia Foundation

Tidak ada komentar

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Arsip

Kategori

Kategori

Arsip

LAINNYA
x