Peran Paus Pembunuh (Orcinus orca) di Ekosistem Laut

waktu baca 5 menit
Kamis, 15 Feb 2018 16:35 0 4347 Mh Badrut Tamam
Paus pembunuh (Orcinus orca) merupakan mamalia besar yang ada di laut dari bangsa Cetacea yang menjadi spesies terkuat dan menjadi predator puncak. Orcinus orca menjadi pengendali ekosistem laut dengan memangsa organisme laut lainnya, O. orca umumnya memakan ikan-ikan kecil dan cumi-cumi, bahkan paus ini juga dapat memangsa mamalia laut lainnya seperti paus balin, paus sperma, hiu, lumba-lumba dan beberapa burung laut (Pitman et al. 2015). O. orca dapat ditemukan di seluruh samudera, dari kawasan bersuhu rendah seperti Artik dan Antartika hingga kawasan bersuhu hangat (Marilyn dan White, 2010; Ainley dan Ballard, 2012).
Paus O. orca dibagi menjadi beberapa tipe, yaitu tipe A, tipe B, tipe C dan tipe D. Tipe-tipe paus ini dibedakan berdasarkan pola makan dan letak bintik putih yang ada pada tubuhnya (Ainley dan Ballard, 2012). Tipe A lebih sering memangsa paus minke, tipe B yang ukurannya lebih kecil dari tipe A lebih sering memangsa anjing laut dan singa laut, tipe C merupakan tipe paus pembunuh berukuran paling kecil yang memangsa ikan-ikan kecil, dan tipe D masih menjadi misteri bagi para peneliti (Ainley dan Ballard, 2012; Dunn dan Claridge 2014).
Paus O. orca merupakan mamalia laut yang sangat aktif dan akrobatik, paus ini merupakan salah satu hewan tercepat di laut yang dan sering menerobos air, dengan cara mengepakan ekornya yang pipih ke permukaan air laut (lobtail) dan memunculkan kepala ke permukaan air (spy-hop). Paus O. orca merupakan predator teratas di ekosistem laut yang paling mempengaruhi populasi mangsa. Paus O. orca memiliki kebiasaan makan yang sangat luas, terdiri dari ikan, burung camar, penguin, kura-kura, cumi-cumi dan mamalia laut. Paus O. orca tidak memiliki predator alami, meskipun demikian paus O. orca muda dapat diserang oleh paus O. orca dewasa lain atau hiu besar.
Paus O. orca telah dipelajari secara ekstensif terutama di sepanjang pantai barat Kanada. Studi jangka panjang di Kanada menunjukan bahwa paus O. orca muncul sebagai populasi residen, transien atau offshore, yang memiliki perbedaan gaya berburu dan organisai sosial. Peneliti mengidentifikasi populasi paus O. orca yang memakan ikan dan populasi migrasi yang hanya menargetkan mamalia laut. Kelompok residen merupakan kelompok yang paling sering ditemui di perairan pantai Pasifik. Kelompok ini mengunjungi wilayah yang sama secara konsisten. Resident juga terkadang berenang bersama mamalia laut lainnya seperti anjing laut dan singa laut, dimana hewan ini adalah mangsa utama kelompok transient. Kelompok transient dapat ditemukan di sepanjang pantai Samudra Pasifik, Alaska dan California. Kelompok O. orca selanjutnya adalah offshore, paus ini memiliki perbedaan genetik dengan kelompok residen dan transient. Offshore memiliki bentuk tubuh yang lebih kecil dari kelompok paus O. orca lain, namun mereka dapat melakukan perburuan dengan kelompok besar serta dapat menyerang dan memangsa hiu serta paus lain. Tiga ekopite ini digunakan untuk mempertahankan isolasi sosial satu sama lain meskipun dalam rentan habitat tumpang tindih (overlapping) (Marilyn dan White, 2010).
Paus O. orca merupakan hewan yang memiliki karakter sosial yang tinggi, hal ini dapat dilihat dari pergerakan paus O. orca yang menghabiskan hidup mereka dalam kelompok yang stabil yang disebut dengan Pods dan berburu secara kooperatif. Migrasi kelompok sosial pods sangat jelas, biasanya mereka membetuk kelompok yang terdiri dari 2 hingga 15 individu paus O. orca, kadang-kadang paus ini juga membentuk kelompok yang lebih besar hingga beberapa ratus individu, namun hal ini jarang terjadi dan dianggap sebagai pengelompokan sementara dari unit sosial kecil yang berkumpul saat mendekati musim pemangsa, interaksi sosial dan atau saat musim kawin.
O. orca memiliki penglihatan yang tidak baik di dalam perairan yang gelap, namun seperti spesies paus yang lain O. orca menggunakan sonar sebagai navigasi dan untuk mengetahui keadaan lingkungan perairan untuk memburu mangsanya. Paus ini memburu mangsanya dalam keadaan hening sebagai upaya agar tidak terdengar oleh mangsanya. O. orca menggunakan siulannya untuk berkomunikasi satu sama lain. Gema dari siulan ini juga berfungsi untuk membantu individu lain untuk memetakan lingkungan mereka dan untuk menentukan lokasi pencarian makan selanjutnya. Paus O. orca memiliki 3 kategori vokalisasi yang digunakan untuk komunikasi dan navigasi, yaitu peluit, panggilan diskrit dan klik. Paus ini menggunakan panggilan diskrit dan peluit ketika berkomunikasi di dalam pods antar antar pods. Masing-masing kelompok memiliki dialek diskrit yang berbeda dari pods lain, sedangkan klik hanya digunakan untuk ekolokasi (Samarraa, 2015).
Paus O. orca sangat selektif dalam memilih makanannya, saat mangsa tersedia dalam jumlah yang melimpah paus O. orca akan memilih bagian-bagian tubuh tertentu untuk dikonsumsinya, misalnya bagian ventral dari paus balin atau bagian otot dada penguin, kemudian menyisakan bangkai mangsa untuk organisme lain (Dunn dan Claridge 2014). Durasi interaksi pendekatan saat berburu mangsa dapat berlangsung selama 1-2 menit atau lebih. O. orca jantan yang dewasa memiliki ukuran tubuh yang lebih besar dari O. orca betina secara substansial, namun hal itu tidak menjamin kesuksesan berburunya. Diketahui bahwa dari 17 serangan dengan komposisi kelompok yang tepat, satu O. orca jantan dewasa gagal menaklukan mangsanya pada 2-5 kali penyerangan, namun sekelompok O. orca betina mampu menaklukan caves humpack meskipun tidak ada O. orca jantan (Pitman et al. 2015).
Penulis: Falah Farikhatin, S. Si

Referensi:
  1. Ainley. D. G, and G. Ballard. 2012. Trophic interactions and population trends of killer whales (Orcinus orca) in the southern ross sea. Aquatic Mammals. 38 (2): 153-160.
  2. Dunn. C, and D. Claridge. 2014. Killer whale (Orcinus orca) occurrence and predation in the Bahamas. Journal of the Marine Biological. 94 (6): 1305–1309.
  3. Marilyn. E., Dahlheim, and P. A. White. 2010. Ecological aspects of transient killer whales Orcinus orca as predators in southeastern Alaska. Wildlife Biology. 16(3): 308-322.
  4. Pitman. R. L., J. A. Totterdell., H. Fearnbach., L. T. Balance., J. W. Durban, and H. Kemps. 2015. Whale killers: Prevalence and ecological implications of killer whale predation on humpback whale calves off Western Australia. Marine Mammal Science. 31 (2): 629–657.
  5. Samarraa. F. I. P. 2015. Variations in killer whale food-associated calls produced during different prey behavioural contexts. Behavioural Processes. 116: 33–42.
Mh Badrut Tamam

Mh Badrut Tamam

Lecturer
Science Communicator
Governing Board of Generasi Biologi Indonesia Foundation

Tidak ada komentar

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Arsip

Kategori

Kategori

Arsip

LAINNYA
x