Populasi penduduk dunia dari tahun ke tahun terus mengalami peningkatan. Banyak lahan pertanian yang beralih fungsi menjadi lahan pemukiman, pertokoan, tempat wisata, dan lain sebagainya. Peningkatan-peningkatan tersebut tidak relevan dengan lahan pertanian yang semakin berkurang serta beragamnya fertilitas tanah yang tersebar di seluruh belahan dunia. Banyak lahan yang kurang cocok dijadikan sebagai lahan pertanian sehingga berdampak terhadap berkurangnya lahan untuk bercocok tanam. Pencemaran lingkungan perairan pun saat ini juga menjadi momok bagi masyarakat karena dapat berdampak pada kualitas perairan dan makhluk hidup di dalamnya. Hal tersebut menyebabkan kualitas ikan serta sumber makanan perairan lainnya menurun. Penangkapan ikan yang tidak terkontrol juga semakin marak terjadi sehingga dikhawatirkan dapat berdampak terhadap produksi ikan. Selain itu, kebutuhan masyarakat terhadap sayuran dan ikan kian melonjak seiring meningkatnya kesadaran masyarakat untuk hidup sehat serta meningkatnya gaya hidup masyarakat.
Berbagai inovasi dikembangkan oleh orang-orang kreatif untuk mengatasi problematika tersebut. Salah satunya yaitu dengan teknik perkebunan akuaponik. Teknik ini sangat digemari terutama oleh masyarakat yang tinggal di wilayah yang tanahnya kurang subur serta perkotaan yang mayoritas memiliki lahan terbatas karena dalam pemanfaatannya teknik perkebunan akuaponik ini tanpa menggunakan tanah, dapat dilakukan pada lahan sempit, dan dapat dibuat di dalam ruangan . Teknik perkebunan akuaponik merupakan teknik perpaduan antara memelihara ikan dan menanam sayuran secara bersamaan pada tempat yang sama. Prinsipnya, teknik ini memanfaatkan sistem simbiosis mutualisme bagi ikan, tumbuhan serta mikroba-mikroba yang ada di dalam kolam. Biasanya ikan yang dipelihara merupakan ikan air tawar yang dapat dikonsumsi. Ikan tersebut menghasilkan sisa pembuangan seperti kotoran, kemudian sisa hasil pembuangan diubah menjadi sumber nutrisi bagi tumbuhan oleh mikroba. Sementara itu, tanaman dapat berperan sebagai penyaring air sehingga habitat ikan tetap bersih. Oleh karena itu teknik ini dikenal ramah lingkungan, kotoran ikan dan sisa makanan ikan dapat berperan sebagai sumber nutrisi bagi tanaman serta tidak memerlukan penyaring untuk pergantian air serta pupuk untuk menyuburkan tanaman. Jadi, dapat diibaratkan sekali merengkuh dayung dua tiga pulau terlampaui.
Sistem perkebunan akuaponik memiliki banyak kelebihan bila dibandingkan dengan sistem pertanian tradisional. Sistem perkebunan akuaponik tidak memerlukan tanah sehingga tidak diperlukan traktor atau cangkul untuk membajak dan mengolah tanah. Begitu pula dengan konsumsi air yang dibutuhkan, teknik perkebunan akuaponik membutuhkan jumlah air yang lebih sedikit bila dibandingkan dengan pertanian tradisional karena adanya sistem sirkulasi air dari kolam ke tanaman kemudian kembali lagi ke kolam. Penggunaan pupuk juga tidak diperlukan dalam teknik perkebunan akuaponik karena sumber nutrisi bagi tanaman berasal dari sisa pembuangan ikan. Berbeda dengan teknik pertanian tradisional yang banyak memanfaatkan pupuk, pestisida atau zat kimia lainnya yang dapat merusak lingkungan. Air yang merupakan habitat ikan juga tidak tercemar oleh kontaminan yang biasanya mencemari sungai-sungai atau danau. Berdasarkan hal tersebut dapat dikatakan bahwa teknik perkebunan akuaponik dapat menghasilkan sayuran yang sehat serta ikan yang jauh dari kontaminasi.
Penulis: Devi Eka Lestari, M. Si.
Referensi: Bernstein S. 2011. Aquaponic Gardening, a step-by-step guide to raising vegetables and fish together. New Society Publishers.
Post Views:3,066
Mh Badrut Tamam
Lecturer
Science Communicator
Governing Board of Generasi Biologi Indonesia Foundation
Tidak ada komentar