Si ‘Petai’ Raksasa Banjarnegara: Awas Beracun!

waktu baca 5 menit
Selasa, 14 Apr 2020 16:00 0 818 Wendy A. Mustaqim

petai raksasa

Belakangan ini, dunia maya sedikit dikejutkan ada ‘petai’ raksasa dari Banjarnegara yang dimuat di Detiknews dan Harian Haluan. Tak salah berita itu membuat sedikit dunia maya heboh di sela-sela menumpuknya berita tentang virus corona. Ya ‘petai’ yang diinfokan di berbagai media mencapai panjang 1,2 meter itu memang dapat dikatakan fenomenal.

Berbagai pertanyaan pun muncul, mulai dari apakah ‘petai’ ini bisa dikonsumsi atau tidak. Muncul juga informasi mengenai warga takut makan ‘petai’ raksasa ini setelah mencicipi. Begitu pun hal-hal lain yang tak kalah imaginatif mulai bermunculan. ‘Penulis sendiri berpikiran, apa ya kira-kira makhluk ghaib di dalamnya?’ Begitulah kekayaan alam kita, masih misterius dan sedikit aneh saja bisa menjadi hal yang cukup viral.

Petai raksasa itu, sebagaimana penulis simpulkan berdasarkan foto yang tersedia, memiliki nama ilmiah Entada phaseoloides (L.) Merr., yang merupakan jenis tumbuhan merambat di hutan-hutan dataran rendah. Viralnya jenis ini memberikan kesan kepada penulis bahwa memang kita belum sepenuhnya mengenal alam Indonesia.

Kenapa demikian, karena jenis ini telah dikenal setidaknya sejak jaman Carolus Linnaeus pada tahun 1753, lebih dari dua setengah abad yang lalu. Pada saat Linnaeus mengenalkan jenis ini ke dunia ilmiah pertama kali, Entada phaseoloides memiliki nama ilmiah Lens phaseoloides, namun seiring perkembangan ilmu taksonomi, jenis itu dipindahkan ke dalam marga Entada.

Entada merupakan salah satu marga tumbuhan yang masuk ke dalam suku Fabaceae atau kacang-kacangan. Jumlah jenis anggota marga Entada lebih kurang 3, seperti dilaporkan oleh Xu dan kawan-kawan tahun 2010. Begitu pun petai biasa yang kita kenal, contohnya Parkia speciosa atau Parkia timoriana, juga merupakan anggota suku Fabaceae. Maka dari itu, bukan suatu hal yang aneh jika bentuk buahnya mirip. Entada phaseoloides merupakan satu dari tiga jenis Entada yang bisa ditemukan di Indonesia.

Di Indonesia, jenis ini tersebar hampir di seluruh penjuru negeri. Peneliti Kebun Raya Bogor pun pernah mencoba menanam jenis ini, namun kemungkinan besar belum berhasil. Justru jenis lain yaitu Entada rheedii yang saat ini tumbuh. Informasi ini dapat ditelusuri lebih lanjut pada tulisan Muhamad Rifqi Hariri dan Arifin Surya Dwipa Irsyam yang diterbitkan pada majalah Warta Kebun Raya tahun 2019 .

Merujuk pada tulisan Hariri dan Arifin, berbagai pertanyaan yang sering terngiang dibenak kita sebenarnya sudah disajikan dengan baik. Melihat penampakan seperti tanaman ‘petai’ bagi masyarakat awam, pasti akan terlintas dibenak kira-kira kalau dimasak efeknya seperti apa ya?

Tunggu dulu! Sebelum itu dilakukan mari kita mengenali pemanfaatan tumbuhan yang di Jawa dikenal sebagai bendon, cirinyu dalam bahasa Sunda atau St. Thomas bean untuk skala internasional. Pada jaman dahulu kala tumbuhan ini sudah banyak dimanfaat dalam dunia pengobatan tradisional, meliputi akar dan biji, sebagaimana dituliskan oleh Hariri dan Arifin. Ditempat lain pun jenis ini juga dimanfaatkan secara tradisional untuk mengobati sakit sendi, untuk racun ikan, kolik, sakit kepala dan beraneka penyakit lainnya.

Fungsi secara farmasi tidak akan dijelaskan secara detail, karena dalam pengolahan perlu keahlian khusus dalam pengolahan bagian dari tumbuhan Entada ini sebagai obat atau bahan herbal. Hal ini disebabkan bagian tumbuhan ini seperti batang dan kulit biji mengandung saponin yang beracun, sehingga perlu kehati-hatian dalam menyampaikan informasi ini ke orang-orang awam. Terlebih, Xu dan rekan-rekannya bersamaan dengan Plants for A Future mencatat bahwa jenis ini merupakan tumbuhan beracun, meski juga menyebutkan manfaatnya sebagai obat.

Diduga kuat, kandungan saponin pada Entada dapat menimbulkan gangguan pernapasan dan menaikan tekanan darah pada hewan uji secara laboratorium. Meskipun demikian, hasil penelitian dengan metode yang baik dan modern tumbuhan ini berpotensi mengungkap manfaat sebagai anti jamur pada tumbuhan, antidiabetes dan antiinflamasi sebagaimana disampaikan oleh Dawane dan kawan-kawan tahun 2011.

Menilik sejarah pemanfaatanya selain dalam dunia pengobatan tradisional  ternyata daun muda dari Entada telah dimanfaatkan untuk dikonsumsi sebagai lalapan atau dimasak. Berdasarkan penelitian-penelitian yang telah dilakukan ternyata daun Entada tidak memiliki kandungan saponin yang bersifat toksik (racun).

Melihat begitu besarnya manfaat dari tumbuhan ini baik dalam dunia medis dan telah penelitian-penelitian modern untuk mengujinya.  Penulis tetap menyarankan untuk tidak dimanfaatkan tanpa bimbingan atau ahli yang berkompeten dalam pengolahannya agar tidak terjadi keracunan atau membahayakan diri kita.

Begitulah sedikit cerita untuk ‘petai’ raksasa. Memang informasi ini belum sepenuhnya lengkap dan hanya gambaran singkat saja. Semoga bisa menjadi gambaran betapa pentingnya mengenali biodiversitas kita. Sebenarnya banyak di Indonesia itu sesuatu yang dapat di katakan raksasa. Ada bunga Rafflesia arnoldii yang diameternya mencapai 1 meter. Kemudian, bunga bangkai atau Amorphophallus titanum juga salah satu raksasa yang tinggi bunga mencapai 3 meter. ‘Itu bunga ape tugu!?’ kalau orang Betawi bilang. Maka dari itu, bisa kita petik pelajaran dari fenomena ‘petai’ raksasa ini yaitu untuk lebih mengenali kekayaan alam kita yang memang aneh-aneh. Salam biodiversitas, salam viral!

 

Referensi:

Dawane JS, Pandit VA, Rajopadhye BD. 2011. Experimental evaluation of anti-inflamentory effect of tropical application of entada phaseoloides seeds as paste and ointment. North Am J Med Sci. 3(11): 513-517. Doi:10.4297/najms.2011.3513.

Hariri MR, Irsyam ASD. 2019. Marga Entada Adans. (Facaceae: Mimosoidea): Kajian Botani, Palaentologi, Potensi dan Pemanfaatanya. Warta Kebun Raya. 17(2):13-21.

Hartono U. 2020. Heboh dari Banjarnegara Warga temukan “Pete” raksasa di hutan. Detiknews. https://news.detik.com/read/2020/03/23/163930/4950284/1536/heboh-dari-banjarnegara-warga-temukan-petai-raksasa-di-hutan. Akses 24 Maret 2020.

Hartono U. 2020. Warga takut makan “Petai” raksasa gegara alasan ini. Detiknews. Online: Senin 23 Maret 2020.  http://news.detik.com//berita-jawa-tengah/d-4950576/ Diakses 24 Maret 2020.

Latifah D. 2018. 10 Fakta menarik Bunga Bangkai Raksasa Amorphophallus titanum. Pusat Konservasi Tumbuhan. Kebun Raya Bogor. Online: 30 Oktober 2018. http://krbogor.lipi.go.id/id/10-Fakta-menarik-Bunga-Bangkai-Raksasa-Amorphophallus-titanum. Akses 24 Maret 2020.

Nova. 2020. Usai viral, Warga awasi pohon “Petai” raksasa di Banjarnegara. Harian Haluan. Online: Senin. 23 Maret 2020. http://www.harianhaluan.com.

Plants for a Future. 2020. Entada phaseoloides St. Thomas Bean. https://pfaf.org/user/Plant.aspx?LatinName=Entada+phaseoloides. Akses 24 Maret 2020.

Xu L, Chen D, Zhu X, Huang P, Wei Z et al. 2010. Fabaceae (Leguminosae). Flora of China 10: 1-577.

Wendy A. Mustaqim

Wendy A. Mustaqim

Tukang jalan-jalan dan suka identifikasi tumbuhan.

Tidak ada komentar

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Arsip

Kategori

Kategori

Arsip

LAINNYA
x