Bagaimana Jika Burung Tidak Ada Lagi di Dunia?

waktu baca 5 menit
Rabu, 10 Jun 2020 19:15 1 997 Reza Raihandhany

kirik-kirik laut

Burung adalah salah satu kelompok hewan yang diklasifikasikan ke dalam Filum Chordata dan Kelas Aves. Ciri lain dari burung di antaranya berdarah panas (homoiterm), berkembang biak dengan telur (ovipar), dan memiliki sayap untuk terbang. Hewan ini memiliki beberapa keunikan yang setidaknya membuat kita betah untuk mengamatinya, antara lain kemampuannya dalam bergerak dengan terbang, nyanyan kicauan yang indah, dan bentuk morfologi yang menarik, serta pola bulu yang cantik. Burung termasuk hewan yang mudah ditemukan di sekitar kita, karena memiliki habitat dan distribusi yang sangat meluas, termasuk dapat hidup berdampingan dengan masnusia di lingkungan perkotaan. Namun, pernahkah terlintas di benak kita, bagaimana jadinya apabila burung benar-benar tak ada lagi di dunia ini? Apa yang akan terjadi kelak? Bagaimana akibatnya? Mari kita telusuri.

Pertama-tama, mari kita pelajari dulu peran dan fungsi burung di ekosistem. Secara ekologis, burung tentu memiliki sumbangsih peran dan kontribusi nyata terhadap lingkungan, mulai dari penyerbukan bunga, pemencar biji, predator hama (serangga, tikus, dsb), dan turut terlibat dalam rantai makanan dalam ekosistem (Darmawan, 2012; Ramdhani, 2008). Oleh karena itu, keberadaan burung pada suatu lingkungan sangat erat kaitannya dengan faktor biotik dan abiotik lingkungan seperti air, tanah, suhu, cahaya matahari, serta faktor- faktor biologi seperti interaksi sesama burung maupun proses predasi dengan hewan lainnya dan juga dengan tumbuhan berbunga (Welty & Baptista, 1988). Beberapa spesies burung juga memiliki peran sebagai spesies kunci (keystone species) yang sangat berperan dalam kelangsungan proses ekosistem dan dinamika populasi di alam. Di samping itu, burung juga memiliki nilai-nilai ekonomi bagi kehidupan, yaitu sebagai bahan makanan seperti daging, telur, dan sarang walet, lalu diperjualbelikan sebagai hewan peliharaan (khusus untuk jenis yang tidak dilindungi ya), serta bulu burung yang digunakan sebagai desain pakaian atau aksesori lainnya berupa hiasan (Darmawan, 2012).

Menilik dalam perannya sebagai penyerbuk dan pemencar biji, burung adalah salah satu hewan penyerbuk terkemuka yang hidup di berbagai belahan dunia, dengan lebih dari 920 spesies di antaranya berperan sebagai penyerbuk (Şekercioğlu et al. 2016). Bunga dari tumbuhan yang diserbuki oleh burung biasanya terlihat kuat, berwarna kemerahan, memiliki volume nectar yang cukup besar dengan tekstur yang encer dan kurang beraroma. Tumbuhan yang proses penyerbukannya dilakukan oleh burung dikenal dengan istilah ornithophily (Van der Pijl 1961). Penelitian yang dilakukan oleh Anderson et al. (2011) menunjukkan bahwa ketiadaan fungsional penyerbuk burung dapat menimbulkan efek berjenjang, yaitu menurunnya kepadatan semak-perdu yang mana penyerbukannya dilakukan oleh burung pada suatu wilayah di Selandia Baru. Kehilangan hewan penyerbuk, khususnya dapat memengaruhi demografi tetumbuhan yang hidup di alam. Terlebih lagi, dengan tidak adanya penyerbuk, penyerbukan yang terjadi dalam sesama bunga/tumbuhan memang dapat menjalankan fungsi reproduksi untuk sejumlah tumbuhan, tetapi tak dapat dipungkiri bahwa inbreeding dapat terjadi. Seperti yang sudah diketahui, bahwasannya inbreeding dapat mengurangi viabilitas benih yang dihasilkan tanpa adanya bantuan penyerbukan oleh burung. Meskipun pada dasarnya, tumbuhan yang penyerbukannya dilakukan oleh burung juga dapat diserbuki oleh serangga (Whelan et al. 2009). Namun berdasarkan penelitian tesis yang dilakukan Botha (2017) (dengan judul “The world without birds: An experimental test of the ecological significance of pollinating birds for plant communities”) di Cape Floristic Region (dekat ujung selatan Afrika Selatan), tumbuhan dari Famili Proteaceae dengan Genus Protea, Leucospermum, dan Mimetes tetap diserbuki oleh burung, bukan oleh serangga. Hal ini menjadi pertimbangan penting bahwasannya spesies burung harus tetap eksis di dunia.

Dapat disimpulkan bahwa akibat dari tidak adanya burung di dunia, sejumlah tumbuhan akan mengalami kepunahan dan tidak akan ada pula di alam karena tidak ada penyerbuk dan pemencar bijinya, lalu yang terpenting proses ekosistem – rantai makanan tidak akan dapat berjalan dengan sempurna dengan tidak hadirnya burung di dalamnya. Sejumlah spesies hama serangga pun akan melimpah keberadaannya dikarenakan tak adanya predator alami mereka. Ditambah lagi, burung dapat membantu manusia untuk membasmi hama serangga maupun tikus sebagai predator alami di lahan yang memproduksi pangan seperti kebun dan sawah. Belum lagi kehidupan burung-burung di alam terancam oleh adanya fragmentasi habitat, urbanisasi, tanaman asing invasif dan peningkatan frekuensi kebakaran lahan, serta perburuan liar (Fraser & Crowe 1990; Pauw 2004; Geerts et al. 2011; Pauw & Louw 2012).

 

Referensi

  1. Anderson, S.H. et al., 2011. Cascading effects of bird functional extinction reduce pollination and plant density. Science, 331(6020), pp.1068–1071.
  2. Botha, P.W. 2017. The world without birds: An experimental test of the ecological significance of pollinating birds for plant communities. Master thesis, Stellenbosch University
  3. Fraser, M.W. & Crowe, T.M., 1990. Effects of alien woody plant invasion on the birds of Mountain Fynbos in the Cape of Good Hope Nature Reserve (South Africa). South African Journal  of Zoology, 25(24343), pp.97–108.
  4. Geerts, S., Malherbe, S.D.T. & Pauw, A., 2011. Reduced flower visitation by nectar-feeding birds in response to fire in Cape fynbos vegetation, South Africa. Journal of Ornithology, 153(2),  pp.297–301.
  5. Pauw, A., 2004. Variation in pollination across a fragmented landscape at the Cape of Africa. PhD thesis, University of Cape Town.
  6. Pauw, A. & Louw, K., 2012. Urbanization Drives a Reduction in Functional Diversity in a Guild of Nectar-feeding Birds. Ecology and Society, 17(2).
  7. Ramdhani. (2008). Burung dan Dasar-Dasar Birdwatching.
  8. Şekercioğlu, Ç.H. et al., 2016. Why Birds Matter: Avian Ecological Function and Ecosystem Services, Chicago: University of Chicago Press.
  9. Van der Pijl, L., 1961. Ecological aspects of flower evolution. II. Zoophilous flower classes. Evolution, 15, pp.44–59.
  10. Welty, J. C. & Baptista, L. (1988). The Life of Birds, 4th ed. Saunders, New York
  11. Whelan, R.J., Ayre, D.J. & Beynon, F.M., 2009. The birds and the bees: pollinator behaviour and variation in the mating system of the rare shrub Grevillea macleayana. Annals of Botany, 103(9), pp.1395–401.

Reza Raihandhany

Reza Raihandhany

Tentang seseorang yang belum selesai dengan dirinya sendiri.

1 Komentar

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

    Pahot
    3 tahun  lalu

    Min, ini sitasinya edisi pake APA edisi keberapa?

    Balas

Arsip

Kategori

Kategori

Arsip

LAINNYA
x