Arsip

Kategori

Ciri-ciri, Siklus, dan Habitat Nyamuk Aedes aegypti

Nyamuk Aedes aegypti tentu tidak asing di telinga kita. Nyamuk jenis tersebut sering dikaitkan dengan Demam Berdarah Dengue (DBD). Beberapa orang salah memahami bahwa nyamuk tersebut menjadi penyebab DBD. Padahal yang menyebabkan penyakit DBD adalah virus, sedangkan nyamuk Aedes aegypti hanya berperan sebagai perantara. Virus DBD terdapat pada kelenjar ludah Aedes aegypti. Saat mengigit, nyamuk menyuntikkan air liur yang didalamnya terkandung virus kepada inangnya.
Ciri-ciri Umum
Aedes aegypti dewasa berukuran lebih kecil dari nyamuk rumah (Culex quinquefasciatus). Berwarna hitam dengan corak putih di sekujur tubuhnya, terutama pada kakinya. Spesies ini dikenal dengan bentuk morfologinya yang khas sebagai nyamuk yang mempunyai gambaran lira (lyre-form) yang putih pada punggungnya (mesonotum),  yaitu ada dua garis melengkung vertikal di bagian kiri dan kanan. Nyamuk jantan biasanya memiliki ukuran lebih kecil dari betina serta terdapat rambut-rambut tebal pada antena nyamuk jantan.
Habitat
Aedes aegypti umumnya terdapat di area yang kekurangan sistem air perpipaan. Aedes aegypti bergantung pada wadah air yang berfungsi untuk meletakkan telurnya. Wadah air alami dan buatan (pot bunga, selokan tersumbat, kaleng bekas, dll)  yang berada dekat dengan tempat tinggal manusia dapat menjadi habitat bagi larva nyamuk ini. Spesies ini juga dapat ditemukan di wadah bawah tanah yang mengumpulkan air, seperti septic tank yang terbuka, saluran air hujan, serta sumur.
Perilaku Menggigit
Nyamuk ini menggigit pada siang hari atau daytime feeder. Spesies ini paling aktif menggigit pada pagi hari (± 2 jam setelah matahari terbit) dan sore hari sebelum senja. Namun, dapat juga menggigit pada malam hari di daerah yang terang benderang. Nyamuk jantan dan betina dewasa menghisap nektar. Namun, nyamuk betina memerlukan darah untuk menghasilkan telur. Nyamuk ini dapat menggigit tanpa diperhatikan karena mendekati calon mangsanya dari belakang dan menggigit pergelang kaki dan siku. Nyamuk lebih suka menggigit manusia, tetapi juga dapat menggigit anjing atau hewan peliharaan lainnya, kebanyakan termasuk mamalia.
Siklus Hidup Aedes aegypti
Aedes aegypti termasuk ke dalam serangga holometabola. Hal itu bermakna bahwa spesies ini mengalami metamorforsis yang sempurna meliputi telur, larva, pupa, dewasa. Fase hidup Aedes aegypti terbagi menjadi dua yaitu fase akuatik (larva dan pupa) dan fase terrestrial (telur dan dewasa).  Rentang hidup nyamuk dewasa berkisar antara dua minggu hingga satu bulan bergantung pada kondisi lingkungan. Siklus hidup nyamuk dapat diselesaikan dalam waktu satu setengah minggu hingga tiga minggu.

Siklus Hidup Aedes aegypti

Telur 
Setelah menghisap darah, nyamuk  Aedes aegypti memproduksi sekitar 100 hingga 200 telur setiap gelombang. Nyamuk betina dapat memproduksi telur sebanyak lima gelombang selama hidupnya. Jumlah telur bergantung pada banyaknya darah yang berhasil dihisap. Telur-telur diletakkan di permukaan yang lembab seperi genangan air pada pot bunga, drum, kaleng bekas, dan tempat-tempat lain yang tergenang air. Tidak seperti spesies lainnya, nyamuk Aedes aegypti meletakkan telurnya secara bertahap. Tidak semua telur diletakkan sekaligus, tetapi bisa memerlukan waktu hingga berjam-jam atau berhari-hari, bergantung kepad ketersediaan substrat yang sesuai. Selain itu, telur-telur itu juga diletakkan di tempat yang bervariasi.
Telur Aedes aegypti berbentuk mulus, panjang, berbentuk bulat telur, dan berukuran kira-kira satu millimeter. Ketika pertama kali diletakkan, telur berwarna putih, tetapi beberapa menit kemudian telur itu berubah menjadi hitam mengkilap. Telur dapat berkembang dalam waktu dua hari, sedangkan di iklim dingin, perkembangan bisa memakan waktu hingga satu minggu. Telur yang sudah diletakkan dapat bertahan dalam jangka waktu yang lama dalam keadaan kering, seringkali lebih dari satu tahun. Namun, telur tersebut akan segera menetas begitu terendam air. Hal ini mengakibatkan pengontrolan virus dengue cukup sulit.
                                                     
                
Setelah menetas dari telur, larva mendapatkan nutrisi dari material organik di air seperti alga dan organisme mikroskopik lainnya. Sebagian besar tahap larva dihabiskan di permukaan air, meskipun mereka akan berenang ke dasar air saat terganggu atau saat mengambil makanan. Larva sering ditemukan di wadah yang tergenang air.
Perkembangan larva bergantung pada suhu. Larva melalui empat instart tahap perkembanga. Tiga tahap instart pertama dilewati dalam waktu singkat, dan sampai tiga hari di instar empat. Larva instar ke empat berukuran kira-kira 8 milimeter. Larva jantan berkembang lebih cepat daripada betina, sehingga secara umum jantan berubah menjadi pupa lebih awal. Jika suhu dingin, Aedes aegypti tetap berada dalam tahap larva selama berbulan-bulan selama persediaan air mencukupi.
Pupa
Setelah instar ke empat, larva memasuki tahap pupa. Pupa dapat bergerak dan merespon rangsangan. Pupa tidak makan dan memakan waktu dua hari untuk berkembang. Pupa menelan udara untuk memperluas abdomen sehingga bungkus pupa terbelah dan muncullah nyamuk dewasa. Bagian nyamuk dewasa yang muncul terlebih dahulu adalah kepala.
Penulis: Ikhlasih Amalia Hasyim
Sumber:
Anonim. Life Cycle of Aedes aegypti. Diakses di  http://www.denguevirusnet.com/life-cycle-of-aedes-aegypti.html
World Health Organization (WHO).  Who spreads dengue and severe dengue? http://www.who.int/denguecontrol/faq/en/index5.html
Mh Badrut Tamam
Lecturer Science Communicator Governing Board of Generasi Biologi Indonesia Foundation