Mikroorganisme, disebut juga mikroba, adalah organisme yang membutuhkan bantuan mikroskop agar dapat melihat dan mempelajarinya dengan baik (Talaro & Talaro, 2002). Hal tersebut karena ukurannya yang sangat kecil (Tortora dkk., 2010). Satu sel mikroorganisme dapat merepresentasikan satu individu, berbeda halnya dengan sel hewan dan tumbuhan. Sel hewan dan tumbuhan tidak bisa hidup sendiri di alam dan keberadaanya hanya sebagai bagian dari struktur multiseluler, seperti sistem organ pada hewan dan daun pada tumbuhan (Madigan dkk., 2011).
Proses kegiatan di laboratorium mikrobiologi harus mengetahui teknik dasarnya. Berikut adalah teknik dasar di laboratorium mikrobiologi:
Kerja Steril dan Aseptis
Salah satu metode dalam mikrobiologi adalah kerja secara steril. Kerja secara steril dan aseptis adalah hal yang sangat penting untuk diperhatikan ketika melakukan praktikum atau penelitian di Laboratorium Mikrobiologi. Kerja secara steril maksudnya adalah bekerja pada kondisi terbebas dari semua bentuk hidup mikroorganisme, termasuk endospora bakteri (Nester dkk., 2004: 110). Sementara itu, kerja secara aseptis maksudnya adalah bekerja pada kondisi tercegah dari serangan agen infeksi yang dapat menginfeksi jaringan atau material yang steril. Teknik aseptik dapat dilakukan untuk mewujudkan keadaan kerja secara aseptis (Benson, 2001).
Metode aseptis dalam mikrobiologi. |
Pembuatan Media Mikroba
Sementara itu, medium untuk mikroba dapat dibuat pula dari bahan-bahan kimia. Medium tersebut komposisinya telah diketahui secara pasti. Medium tersebut dinamakan pula sebagai medium sintetik (Gandjar dkk., 1992; Alcamo & Warner, 2010). Terdapat pula medium yang dibuat dari campuran substrat dan senyawa-senyawa kimia, yang disebut medium semi-alamiah (Gandjar dkk., 1992).
Sebelumnya, telah diketahui macam-macam medium berdasarkan bahan yang digunakan. Medium dapat pula dibedakan berdasarkan kegunaan dan bentuk fisiknya. Medium berdasarkan bentuk fisiknya dapat dibagi menjadi dua, yaitu medium padat (agar) dan medium cair (broth). Medium padat adalah medium yang diberi agar sehingga pada suhu kamar medium mengeras, contohnya Nutrient Agar. Medium cair adalah medium yang tidak diberi agar sehingga bentuknya cair, contohnya Nutrient Broth. Sementara itu, medium berdasarkan kegunaannya dibagi menjadi empat, yaitu medium umum, medium selektif, medium diferensial, dan medium perkayaan (Gandjar dkk., 1992).
Medium umum adalah medium yang dapat ditumbuhi mikroorganisme secara umum atau medium yang dapat ditumbuhi oleh banyak jenis mikroorgannisme, contoh mediumnya adalah Potato Dextrose Agar (PDA) dan Nutrient Agar (Gandjar dkk., 1992). Medium selektif digunakan untuk menumbuhkan jenis mikroorganisme tertentu saja dan menekan pertumbuhan jenis mikroorganisme yang tidak dikehendaki, contohnya medium Bismuth Sulfite Agar untuk menumbuhkan bakteri Salmonella typhi saja. Medium diferensial adalah medium yang digunakan untuk membedakan suatu koloni mikroba dengan koloni mikroba yang lain disebabkan adanya reaksi yang khas dari masing-masing koloni tersebut, contoh mediumnya adalah Blood Agar (BA). Terdapat pula medium yang dapat berperan sebagai medium selektif dan medium diferensial, contohnya Mannitol salt Agar (Tortora dkk., 2010).
Cara membuat medium padat. |
Medium perkayaan serupa dengan medium selektif, yaitu menyediakan nutrisi dan kondisi lingkungan yang mendukung pertumbuhan jenis mikroba tertentu tetapi tidak yang lainnya. Perbedaan antara medium perkayaan dengan medium selektif adalah medium perkayaan didesain untuk meningkatkan jumlah mikroba yang dikehendaki sehingga mencapai tingkat/level yang dapat ditemukan/dipelajari (Tortora dkk., 2010). Contoh medium perkayaan adalah medium MEA untuk khamir (Gandjar dkk., 1992).
Setiap mikroba juga memiliki kondisi berbeda-beda dalam hal pH, kandungan oksigen, dan kandungan nutrisi. Jika dilihat dari pH, umumnya bakteri dapat tumbuh dengan baik pada pH netral, yaitu 6,5 sampai 7,5. Namun, ada juga mikroba yang tahan pada kondisi pH rendah atau asam (disebut mikroba Acidophile) dan mikroba yang tahan pada kondisi pH tinggi atau basa (disebut mikroba Alkaliphile). Jika dilihat dari adaptasi terhadap oksigen, mikroba terbagi menjadi dua kelompok besar, yaitu mikroba anaerob (tidak membutuhkan atau tidak menyukai keberadaan oksigen) dan mikroba aerob (membutuhkan atau menyukai keberadaan oksigen). Jika ditinjau dari kondisi kandungan nutrisi, setiap mikrooganisme membutuhkan komposisi nutrisi yang tentunya berbeda-beda pula (Tortora dkk., 2010; Madigan dkk., 2011).
Kegiatan pembuatan dan menuang medium merupakan salah satu teknik dasar dalam praktikum mikrobiologi. Ada beberapa hal yang mesti diperhatikan dalam melakukan kegiatan tersebut. Kegiatan membuat dan menuang medium harus memerhatikan teknik aseptik agar medium tidak terkontaminasi dari mikroorganisme yang tidak diinginkan. Teknik aseptik yang dapat dilakukan pada saat membuat dan menuang medium, seperti ketika sebelum dan sesudah pekerjaan melakukan proses disinfeksi terhadap daerah kerja, ketika akan membuka tabung reaksi atau cawan petri selalu dilewatkan di atas api, dan pembuatan sumbat dilakukan secara bersih dan jangan sampai mengenai medium (Gandjar dkk,. 1992; Benson, 2001; Harley & Prescott, 2002).
Selain itu, yang harus diperhatikan dalam membuat dan menuang medium adalah tentang tujuan penelitian yang akan digunakan. Bentuk medium dan cara penyajian medium disesuaikan sesuai tujuan penelitian yang akan dilakukan. Pembuatan medium cair misalnya digunakan untuk mempropagasi mikroorganisme pada studi fermentasi dan bermacam tes biokimia. Medium padat misalnya digunakan untuk mempelajari pertumbuhan mikroba di permukaan dan penampakan koloni, isolasi kultur biakan murni, penyimpanan kultur, dan observasi reaksi biokimia spesifik (Harley & Prescott, 2002).
Cara penyajian medium yang akan dilakukan juga tergantung tujuan dari penelitian yang akan dilakukan. Medium miring digunakan untuk memelihara kultur biakan murni. Medium tegak digunakan untuk studi kebutuhan gas dari mikroorganisme. Medium dalam cawan petri menyediakan area permukaan yang besar untuk isolasi dan studi mikroorganisme.
Transfer Mikroorganisme
Transfer mikroorganisme adalah teknik dasar berikutnya dalam praktikum mikrobiologi. Sama halnya dengan kegiatan membuat dan menuang medium, kegiatan transfer mikroorganisme juga memerlukan teknik aseptik sehingga kontaminasi mikroba yang tidak diinginkan dapat diminimalisir. Selain itu, ketelitian dan kecepatan kerja juga harus diperhatikan dalam melakukan transfer mikroorganisme. Bekerja lamban akan memakan waktu sehingga mengakibatkan bahan yang akan diamati atau diperiksa terlalu lama berhubungan dengan udara sehingga memperbesar kemungkinan terjadinya kontaminasi. Bekerja terlalu cepat juga akan memperbesar peluang kurangnya bekerja secara aseptik (Gandjar dkk. 1992).
Teknik memipet juga merupakan salah satu dari teknik dasar dalam praktikum mikrobiologi. Pipet volumetrik digunakan untuk mentransfer sejumlah fraksi dari kultur, mempersiapkan serial pengenceran dari mikroba, dan menyalurkan reagen kimia (Harley & Prescott, 2002). Prinsip kerja pipet sama seperti sedotan, yaitu berfungsi untuk menghisap cairan. Cairan dihisap dengan suatu alat penyedot yang dipasang pada bagian mulut dari pipet, dan penyedotan cairan dilakukan sampai skala tertentu yang tertera pada pipet (Cappucino & Sherman, 2002; Harley & Prescott, 2002).
Bakteri dan jamur adalah beberapa mikroorganisme yang sering diamati dalam praktikum mikrobiologi. Keduanya memiliki beberapa perbedaan. Bakteri secara relatif berbentuk sederhana, merupakan organisme uniseluler, tidak mempunyai membran inti (prokariot), dan komponen utama penyusun dinding sel adalah peptidoglikan. Sementara itu, jamur merupakan organisme yang telah memiliki membran inti, merupakan organisme uniseluler atau multiseluler, dan komponen utama penyusun dinding sel umumnya adalah kitin (Tortora dkk., 2010).
Normal flora atau normal mikrobiota adalah istilah untuk organisme yang secara alami terletak di atau pada tubuh (Cappucino & Sherman, 2002). Sementara itu, yang lainnya disebut mikrobiota sementara (transient microbiota), yang dapat muncul beberapa hari, minggu, bulan, dan kemudian tidak tampak. Normal flora dalam tubuh tidak membahayakan, bahkan dalam beberapa kasus bersifat menguntungkan seperti dapat memproduksi vitamin K dan Vitamin B. Namun, normal flora pada keadaan tertentu dapat menyebabkan infeksi dan penyakit pada manusia (Tortora dkk., 2010). Ketika dalam keadaan tersebut mereka menjadi mikroorganisme yang patogen (Madigan dkk., 2011). Mikroorganisme tidak dapat ditemukan menyebar di seluruh bagian tubuh, tetapi terlokalisasi pada suatu daerah tertentu dari tubuh atau spesifik di daerah tertentu saja, misalnya mulut dan kulit (Tortora dkk., 2010). Normal flora pada mulut misalnya Lactobacillus acidophilus, Streptococcus mutans, dan Actinomyces odontolyticus (Cappucino & Sherman, 2002). Normal flora pada kulit misalnya dari genus Acinetobacter, Malassezia, dan Pityrosporum (Madigan dkk., 2011).
Referensi
- Alcamo, I. E. & J. M. Warner. Schaum’ s outlines microbiology, 2nd ed.
- Atlas, R. M. 2004. Handbook of microbiological media, 3rd ed.
- Benson. 2001. Microbiological application lab manual, 8th ed.
- Black, J. G. 2008. Microbiology, 7th ed. Cappuccino, J. G. & N. Sherman. 2002. Microbiology: A laboratory manual.
- Gandjar, I., I. R. Koentjoro, W. Mangunwardoyo, & L. Soebagya. 1992. Pedoman praktikum mikrobiologi dasar.
- Harley & Prescott. 2002. Laboratory exercises in microbiology, 5th ed.
- Madigan, M. T., J. M. Martinko, D. A. Stahl, D. P. Clark. 2011. Brock biology of microorganisms, 13th ed.
- Morello, J. A., P. A. Granato & H. E. Mizer. 2003. Laboratory manual and workbook in microbiology: Applications to patient care.
- Nester, E. W., D. G. Anderson, C. E. Roberts, N. N. Pearsall & M. T. Nester. 2004. Microbiology: A human perspective, 4th ed.
- Talaro, K. P. & A. Talaro. 2002. Foundations in microbiology, 4th ed.
- Tortora, G. J., B. R. Funke & C. L. Case. 2010. Microbiology: An introduction, 10th ed.
Terimaksih ilmunya, semoga terus berkreasi untuk negeri tercinta.