Arsip

Kategori

Eutrofikasi Akibat Pakan Ikan Budidaya

Pengaruh Pemberian Pakan Ikan Budidaya Pada Keramba Jaring Apung Terhadap Blooming di Perairan. Budidaya ikan di danau dapat membantu perekonomian masyarakat di sekitar danau. Budidaya tersebut menggunakan keramba-keramba jaring yang terapung di tengah danau yang dinamakan dengan Keramba Jaring Apung (KJA). Ikan-ikan yang biasa dibudidaya adalah ikan mas (Cyprinus carpio) dan ikan Nila. Budidaya tersebut membutuhkan pakan pelet yang dibeli oleh panambak.
Pemberian pakan dilakukan untuk meningkatkan massa ikan budidaya sehingga memiliki harga jual yang tinggi. Kandungan pakan ikan sebagian besar berupa material organik. Tidak semua pakan yang diberikan oleh ikan dimakan habis. Pakan yang tidak dimakan akan mengendap di dasar danau. Hal tersebut dapat mengakibatkan eutrofikasi danau.
Pemberian pakan ikan bertujuan untuk memberi nutrisi bagi ikan budidaya. Namun demikian, tidak semua pakan yang diberikan habis sesuai dengan takaran pemberian pakan. Hal tersebut dapat mengakibatkan eutrofikasi danau.

eutrofikasi pdf
Metode Budidaya Ikan di Danau dengan Keramba Jaring Apung.

Pakan ikan mengandung protein yang mampu meningkatkan massa ikan, sehingga pakan ikan mengandung unsur Nitrogen dan Phospat. Nitrogen dan phospat merupakan unsur penting di alam untuk pertumbuhan dan perkembangan makhluk hidup. Kelimpahan yang tinggi dari kedua unsur tersebut mampu mempercepat pertumbuhan dan perkembangan makhluk hidup.

Kelimpahan kandungan nitrogen dan fosfat tidak hanya dimanfaatkan oleh ikan budidaya, melainkan juga oleh mikroorganisme perairan danau. Mikroorganisme dapat berkembang dengan cepat dan jumlahnya dapat meningkat dengan cepat. Peningkatan jumlah mikroorganisme disebut dengan blooming. Blooming dapat merugikan atau pun tidak sangat tergantung kepada organisme apa yang blooming. Pengertian eutrofikasi beserta dampaknya tersebut dapat menjelaskan bahwa efek pencemaran tersebut sangat merugikan.

Eutrofikasi di Danau

Mengapa eutrofikasi dapat mengganggu kehidupan organisme air? Organisme yang bersifat patogen dapat mengurangi produktivitas perairan, termasuk KJA. Organisme tersebut akan menyerang ikan budidaya sehingga dapat mengakibatkan kematian. Blooming mikroorganisme yang bersifat patogen dapat menimbulkan kematian massal ikan budidaya sehingga menakibatkan kerugian yang besar bagi penambak.

Blooming juga mengakibatkan penurunan keragaman biota perairan. Spesies yang blooming, akan mendominasi sumber daya perairan seperti oksigen, cahaya matahari, dan nutrien. Spesies-spesies lain akan mengalami penurunan jumlahnya karena tidak mampu bersaing dengan spesies yang blooming. Mikroalga yang berbahaya dapat mengeluarkan racun yang berbahaya bagi organisme lain sehingga organisme lain mengalami kematian.
Blooming akan mengakibatkan kandungan oksigen terlarut (DO) mengalami penurunan. Penurunan tersebut disebabkan oleh peningkatan penggunaan oksigen oleh spesies yang blooming untuk dapat hidup. Penurunan tersebut juga dapat terjadi ketika organisme blooming mati karena dibutuhkan bakteri aerob yang banyak untuk mengurai jasadnya, sehingga berhubungan dengan Biological Oxygen Demand (BOD).
Penetrasi cahaya ketika suatu perairan mengalami blooming akan menjadi dangkal. Cahaya matahari tidak dapat masuk ke dalam perairan karena kerapatan individu dari organisme yang blooming. Kejernihan air menjadi berkurang, sehingga fitoplankton tidak dapat berfotosintesis. Ketidakmampuan fitoplankton untuk berfotosintesis mengakibatkan produktivitas dan kandungan DO juga menurun.
Blooming diakibatkan oleh peningkatan kandungan nutrien. Peningkatan tersebut dimanfaatkan oleh spesies tertentu sehingga menalami pertumbuhan dan perkembangan yang cukup pesat. Semua nutrien yang ada kemudian diserap oleh spesies yang blooming sehingga spesies lain tidak mampu untuk tumbuh dan berkembang.
Oragnisme yang blooming biasanya berupa fitoplankton atau mikroalga. Mikroalga yang blooming dinamakan dengan Harmfull Algal Bloom (HAB). HAB dapat menyebabkan kematian bagi ikan budidaya di perairan karena mengeluarkan racun. Kematian tersebut juga disebabkan oleh menurunnnya kandungan oksigen terlarut (DO) sehingga ikan dan juga biota perairan lain dapat mati lemas. Kematian massal spesies-spesies lain akan menurunkan tingkat keragaman danau.
Manusia juga tidak dapat memanfaatkan sumber daya perairan untuk keperluan makan dan minum. Hal tersebut disebabkan oleh tingginya kandungan racun yang disebabkan oleh aktivitas HAB. Racun tersebut dapat membunuh biota di perairan atau pun tidak. Jika racun tidak membunuh biota perairan, racun dapat terakumulasi dalam biota tersebut. Manusia yang memakan biota dari perairan yang tercemar dapat mengakumulasi racun yang lebih besar dan bahkan dapat mengakibatkan kematian. Manusia juga tidak dapat meminum air yang sudah tercemar HAB karena dapat mengakibatkan hal yang sama ketika manusia memakan biota perairan yang tercemar HAB. Akumulasi racun dalam tubuh manusia dapat menimbulkan efek yang langsung dapat dirasakan seperti pusing, mual, dan diare, atau pun efek yang tidak langsung seperti mutasi genetik.
Perairan pasca blooming juga sama berbahayanya ketika blooming. Blooming akan berakhir ketika nutrien yang berlimpah sudah berkuran sehingga pertumbuhan dan perkembangan organisme blooming mengalami penurunan. Individu-individu dari organisme blooming akan mati. Jasad dari organisme tersebut akan diurai oleh bakteri.
Jumlah individu blooming yang mati sangat banyak sehingga membutuhkan bakteri pengurai dalam jumlah yang banyak pula. Bakteri pengurai akan menguraikan jasad yang mati secara aerob atau pun secara anaerob. Penguraian tersebut sangat bergantung pada kondisi atau kandungan DO perairan.
Kandungan DO yang rendah dan penetrasi cahaya yang dangkal mengakibatkan fitoplankton mati. Pasca blooming, meskipun penetrasi cahaya sudah tidak terlalu dangkal, namun jumlah fitoplankton yang ada sangat kurang untuk menyuplai oksigen ke perairan. Hal tersebut mengakibatkan kandungan DO masih rendah pasca blooming.
Proses terjadinya eutrofikasi tersebut menyebankan kandungan DO yang rendah mengakibatkan bakteri pengurai bersifat anaerob. Bakteri pengurai akan menguraikan jasad yang mati secara anaerob. Penguaraian oleh bakteri secara anaerob memiliki banyak kelemahan dibandingkan secara aerob. Penguraian oleh bakteri secara anaerob akan menghasilkan gas H2S (dihidrogen sulfida). Gas tersebut memiliki bau yang tidak enak. Penguraian secara anaerob juga membutuhkan waktu yang lebih lama dibandingkan dengan penguraian secara aerob. Penguraian bakteri secara aerob memiliki banyak keunggulan diantaranya adalah membutuhkan yang cepat dan tidak menghasilkan gas-gas berbau. Penguraian secara anaerob pada HAB membutuhkan waktu yang lebih lama karena harus menguraikan racun secara anaerob.
Penguraian oleh bakteri secara anaerob akan terus terjadi sampai semua material organik terurai termasuk racun yang dikandung oleh HAB. Jasad HAB yang mati akan mengendap ke dasar perairan karena massa jenisnya yang lebih berat dibandingkan dengan massa jenis perairan. Bakteri pengurai akan mengurai jasad tersebut di dasar perairan. Dasar perairan atau danau memiliki suhu yang dingin serta kandungan DO yang rendah, sehingga proses penguraian menjadi lama.
Sedimen danau akan menjadi tercemar oleh jasad HAB yang mengandung racun. Namun demikian, bakteri anaerob dapat mengurai jasad tersebut sehingga aman bagi lingkungan. Dasar danau akan menjadi kaya akan material organik tetapi memiliki kekurangan yaitu kandungan DO yang rendah serta zat racun yang belum terurai.
Pakan ikan budidaya KJA di danau dapat mengakibatkan eutrofikasi. Hal tersebut diakibatkan oleh pemberian pakan ikan yang berlebihan. Eutrofikasi dapat mengakibatkan HAB pada perairan danau sehingga dapat menurunkan produktivitas perairan.
Blooming juga dapat merugikan biota lain karena mengambil sumber daya perairan. Biota perairan lain dapat mati dan berkurang jumlahnya. Kesehatan masyarakat di sekitar danau juga menjadi terancam karena HAB menhasilkan racun yang sangat berbahaya bagi manusia.
Cara menanggulangi eutrofikasi di danau yakni pemberian pakan ikan harus sesuai dengan takaran karena memiliki pengaruh secara tidak langsung bagi lingkungan. Lingkungan perairan dapat terpelihara kelestariannya karena keragaman makhluk hidup dapat terjaga. Masyarakat di sekitar danau dapat memanfaatkan perairan danau untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Selain itu cara mengatasi eutrofikasi juga bisa dilakukan dengan mengetahui kebutuhan pakan ikan.
Mh Badrut Tamam
Lecturer Science Communicator Governing Board of Generasi Biologi Indonesia Foundation