Temuan anggrek baru telah menambah daftar koleksi keanekaragaman hayati Indonesia. Anggrek tersebut ditemukan di lereng gunung di Jagong Jeget, Aceh. Anggrek tersebut merupakan genus Paphiopedilum dengan ciri khasnya yang berkantung. Anggrek dengan genus Paphiopedilum ini memiliki sebaran yang cukup luas, mulai dari India melintasi Cina Selatan hingga ke Asia Tenggara, Termasuk New Guinea dan Kepulauan Solomon. Di Sumatra, genus tersebut ada 11 spesies yang tercatat hingga tahun 2016 antara lain:
- Paphiopedilum liemianum section Cochlopetalum
- Paphiopedilum primulinum section Cochlopetalum
- Paphiopedilum victoria-mariae section Cochlopetalum
- Paphiopedilum victora-regia section Cochlopetalum
- Paphiopedilum lowii section Pardalopetalum
- Paphiopedilum barbatum section Barbata
- Paphiopedilum braemii section Barbata
- Paphiopedilum bullenianum section Barbata
- Paphiopedilum javanicum section Barbata
- Paphiopedilum superbiens section Barbata
- Paphiopedilum tonsum section Barbata
Adalah Destario Metusala, Ilmuwan Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) yang berasal dari Balai Konservasi Tumbuhan (BKT) Kebun Raya Purwodadi yang melakukan penemuan spesies baru ini. Peneliti tersebut mendeskripsikan dua anggrek baru dari yakni Paphiopedilum lunatum section Barbata dan Paphiopedilum bungebelangi section Barbata yang telah dipublikasi di Edinburgh Journal of Botany pada tanggal 20 Maret 2017. Kedua spesies baru tersebut adalah anggrek terestrial yang masing-masing memiliki karakter tangkai perbungaan yang tegak dan memiliki satu kuntum bunga tiap tumbuhan. Anggrek ini tumbuh alami di tanah berserasah dengan batang yang pendek dan akarnya berambut.
Paphiopedilum lunatum Metusala section Barbata
Spesies ini memiliki kemiripan dengan Paphiopedilum javanicum, namun berbeda dalam beberapa hal seperti mahkota berbentuk oblong-elips (panjang 6.3–8 cm ); synsepal (gabungan dua sepal lateral) berbentuk oblongelliptic dan obtuse; warna staminode (benang sari steril) kurang hijau dengan pola reticulate (jala). Ukuran bunga spesies ini tergolong relative besar dengan ukuran 9 – 10,5 cm (tinggi) x 8 – 10 cm (lebar). Daun berwarna hijau keabuan dengan bagian sisi atas terdapat bintik-bintik dengan warna hijau lebih gelap. Perbungaan terdiri satu bunga dengan panjang tangkai 28 cm.
Gambar 1. Paphiopedilum lunatum Metusala section Barbata |
Bunga anggrek ini memiliki perpaduan warna yang kontras. Kelopak bagian bawah memiliki warna putih krem dengan motif urat kehijauan. Mahkota bunga memiliki warna hijau hingga hijau-kekuningan yang membentang dari pangkal hingga tengah, sementara bagian tengah hingga ujung memiliki warna merah-jambu keunguan. Bibir bunga anggrek ini memiliki bentuk kantung dengan warna coklat kehijauan hingga semburat kemerahan. Staminode memiliki bentuk unik yakni bulan sabit dengan ujung lobus sampingnya yang runcing.
Penamaan penunjuk spesies “lunatum” dari spesies ini berasal dari Bahasa latin yang artinya bulan sabit. Hal ini dikarenakan staminode pada anggrek tersebut memiliki bentuk bulan sabit. Habitat dan ekologi anggrek ini yakni berada di ketinggian 1.300 – 1.6000 mdpl dan tumbuh di bawah naungan dengan akarnya tumbuh di serasah daun atau di lumut Sphagnum. Habitat alaminya berupa tempat terbuka, paku Dicranopteris sp., semak dan rumput.
Paphiopedilum bungebelangi Metusala section Barbata
Spesies ini memiliki kemiripan dengan Paphiopedilum barbatum, namun berbeda dalam bentuk gelombang pada mahkotanya. Warna daun hijau keabuan dengan bintik-bintik hijau gelap. Perbungaan terdiri satu bunga dengan panjang tangkai 48 cm. Bunga relatif kecil dengan ukuran 9 cm (tinggi) x 7 – 7,5 cm (lebar). Perpaduan warna bunganya tidak terlalu kontras namun bentuk mahkotanya unik dan khas bergelombang di bagian tepinya.
Gambar 2. Paphiopedilum bungebelangi Metusala section Barbata |
Kelopak bagian bawah memiliki warna putih berpola urat hijau tegas. Bentuk mahkota bunga memanjang yang memiliki warna hijau muda kekuningan serta terdapat pola garis-garis sejajar berwarna hijau tua. Bibir bunga memiliki bentuk kantung berwarna coklat hingga merah velvet. Bentuk staminode elips hingga seperti lingkaran dengan torehan yang cukup dalam di bagian ujungnya.
Pemberian nama genus “bungebelangi” berasal dari Bahasa daerah Gayoh di Aceh Tengah yang artinya bunge = bunga dan belangi = indah / cantik. Habitat dan ekologi spesies ini ditemukan di ketinggian 1.500 – 1.650 mdpl. Anggrek ini tumbuh di tanah dengan akar menempel di serasah daun atau lumut di hutan yang tertutup dengan intensitas cahaya matahari yang rendah.
Status Konservasi
Berdasarkan kategori IUCN, semua genus Paphiopedilum adalah tumbuhan anggrek yang memiliki nilai konservasi yang tinggi. Anggrek genus Paphiopedilum ini termasuk dalam regulasi Appendix I Convention on International Trade in Endangered Species of Wild Fauna and Flora (CITES) yang tidak diperbolehkan untuk dikirimkan atau diperdagangkan ke luar negeri tanpa regulasi yang ketat. (generasibiologi/tamam)
Referensi:
D. Metusala. 2017. Two new species of Paphiopedilum (Orchidaceae: Cypripedioideae) section Barbata from Sumatra, Indonesia. Edinburgh Journal of Botany: 1-10.
Leave a Reply