Sekilas Tentang Syzygium polycephaloides
Syzygium polycephaloides (C.B. Rob.) Merr. atau yang dikenal sebagai kupa piit dalam Bahasa Sunda dan lipote dalam Bahasa Tagalog adalah tumbuhan yang berasal dari Filipina dan dikelompokkan dalam family Myrtaceae. Namanya mungkin masih terdengar begitu asing di telinga kita, karena nyatanya masih banyak orang yang tidak mengenal jenis ini. Hal ini disebabkan memang keberadaannya di alam sudah semakin sedikit ditambah lagi pemanfaatan buahnya, terutama untuk dikonsumsi tidak sepopuler ketimbang jenis-jenis Syzygium lainnya, sebut saja jambu air, jambu biji, jambu bol, dan duwet. Di balik ketidakpopulerannya, ternyata S. polycephaloides menyimpan manfaat dan potensi yang begitu luar biasa. Apa saja? Mari kita ulas lebih mendalam.
Lukisan percabangan dan susunan duduk daun serta kumpulan buah dari Syzygium polycephaloides © Hazim M. Zarkasyi Hakim
Sinonim
Eugenia polycephaloides C. B. Robinson
Nama Lokal
Indonesia: Kupa Piit (Sunda)
Filipina: Lipote, Lipoti (Tagalog)
Klasifikasi
Kerajaan: Plantae
Divisi: Spermatophyta
Sub Divisi: Angiospermae
Kelas: Magnoliopsida
Bangsa: Myrtales
Suku: Myrtaceae
Marga: Syzygium
Jenis: S. polycephaloides
Botani and Ekologi
Syzygium polycephaloides merupakan pohon hijau abadi (evergreen), berukuran sedang yang tumbuh dengan tinggi berkisar antara 15–25 meter. Diameter batang dari jenis ini mampu bertumbuh hingga mencapai 75–90 cm, kulit batang berwarna abu-abu keunguan. Daun bertipe tunggal dengan susunan duduk daun berhadapan, bentuk daun elips, lonjong, atau bundar telur berukuran panjang dan ujung daun meruncing, permukaan bagian atas berwarna hijau tua yang mengilap, lalu bagian bawah berwarna hijau muda, ukuran daun terdiri dari panjang 6–20 cm dan lebar 4–7,5 cm, tangkai daun sub-sesil memiliki panjang 5 mm, kemudian terdapat 14-16 pasangan urat daun sekunder yang tampak terlihat dengan jelas pada permukaan daun bagian. Perbungaan tersusun dalam panikula, aksiler, tangkai bunga sesil, bunga berjumlah banyak, berwarna putih, stamen banyak, perhiasan bunga terdiri dari 4 lobus, kaliks berukuran 5 mm. Tipe buah buni, membulat, dengan wana merah–ungu saat masak, dan diameter sekitar 1 cm. S. polycephaloides memiliki distribusi di daerah Asia Tenggara, terutama Filipina dan Indonesia. Jenis ini umumnya ditemukan di hutan primer pada ketinggian dataran rendah hingga menengah. Keberadaan S. polycephaloides sudah terbilang langka di alam, bahkan menurut laporan yang ada, statusnya sudah rentan dan terancam punah di Sulawesi dan Nusa Tenggara. Di Jawa Barat, S. polycephaloides dapat dijumpai di Kebun Raya Bogor dan Cibodas, kemudian berdasarkan penelusuran Pratama dkk. (2019) jenis ini masih terdapat di Kasepuhan Cipatat Kolot dan Kampung Adat Urug, Kabupaten Bogor. Meski jumlahnya cenderung menurun dan tidak bertambah secara signifikan di alam, namun terdapat peningkatan jumlah S. polycephaloides dalam budidayanya. Hal tersebut dikarenakan buahnya dapat dimanfaatkan untuk dikonsumsi dalam berbagai macam hasil olahan oleh masyarakat lokal setempat, khususnya di Filipina.
Daun Syzygium polycephaloides (Valin, 2013)
Potensi Pemanfaatan Sebagai Bahan Pangan
Meskipun dalam hal bahan pangan tidak sepopuler saudara-saudaranya seperti Syzygium aqueum (jambu air), Syzygium malaccense (jambu bol), Syzygium cumini (duwet), dan Psidium guajava (jambu biji), namun Syzygium polycephaloides tak kalah dalam urusan kandungan nutrisi, citarasa, maupun produk olahan. Buah S. polycephaloides dapat dikonsumsi secara langsung atau dimasak oleh masyarakat di Indonesia maupun Filipina. Buah yang masak dari S. polycephaloides disinyalir kaya akan kandungan vitamin C. Selain itu, kandungan nutrisi per 100 gram yang terdapat pada buah S. polycephaloides antara lain 83,4 g air, 77 kkal energi, 0,7 g protein, 2,5 g lemak, 12,9 g karbohidrat, 1,7 g serat, 93 mg kalsium, 22 mg fosfor, 0,2 mg zat besi, 50 μg β-karoten, 10 μg total Vitamin A, 0,01 mg tiamin, 0,02 mg riboflavin, 0,3 mg niasin, dan 16 mg asam askorbat. Selain itu, buah S. polycephaloides juga kerap dikonsumsi dalam bentuk olahan semisal selai, jeli, dan jus. Bahkan di masa sekarang, produk olahan S. polycephaloides sudah bisa ditemukan di pasar/toko di Filipina dalam bentuk asinan, selai, dan minuman serta kue.
Buah Syzygium polycephaloides yang dapat dikonsumsi secara langsung (Polistico, 2013)
Berbagai macam produk hasil olahan Syzygium polycephalum: A. Lipote Berry (Faustina, 2019); B. Lipote Cheesecake (RISE, 2017); C. Lipote Rum Cake (Hiraya Bakery, 2016); D. Lipote Jam (Hiraya Bakery, 2016).
Hasil olahan Syzygium polycephalum dalam bentuk minuman (RISE, 2017)
Potensi Pemanfaatan Sebagai Obat
Selain pemanfaatannya sebagai bahan pangan, S. polycephaloides pun memiliki potensi khasiat yang cukup baik sebagai tumbuhan obat. Berdasarkan hasil penelitian dari Santiago dkk (2007) senyawa flavonoid dan fenol yang dihasilkan dari buah S. polycephaloides yaitu sebsesar 2780 µg. Oleh karena itu, senyawa yang terkandung pada buah S. polycephaloides dipercaya mampu bertindak sebagai antioksidan, antiinflamasi, antihipertensi, dan antibakteri. Secara lokal masyarakat di Ifugao, Filipina memanfaatkan S. polycephaloides sebagai obat untuk menyembuhkan beberapa penyakit. Rasa masam dari buah digunakan sebagai obat batuk, sedangkan rebusan daun dimanfaatkan untuk obat hipertensi. Selain itu, khasiat dari S. polycephaloides juga diyakini berguna sebagai obat alternatif untuk penyakit diabetes dan kolesterol tinggi, yakni dengan mengonsumsi daging buah yang sudah dikeringkan. Di samping itu, ekstrak kulit batang S. polycephaloides terdapat senyawa yang berkhasiat sebagai antiinflamasi dan antibakteri. Merujuk penelitian yang dilakukan oleh Nishizawa dkk. (1991) memperlihatkan bahwa kandungan kimia syzygiol dari daun S. polycephaloides menunjukkan aktivitas penghambatan yang begitu signifikan terhadap perkembangan tumor kulit.
Potensi Pemanfaatan Lainnya
Tak hanya sebagai bahan pangan dan obat, sebenarnya masih banyak lagi potensi pemanfaatan dari Syzygium polycephaloides. Secara ekologis, bentuk model arsitektur pohon S. polycephaloides cocok digunakan sebagai pohon pelindung pemecah angin dan juga pohon ornamental. Lalu, pohon ini tahan terhadap serangan larva ngengat, sehingga dapat cocok juga apabila hendak digunakan untuk pohon penaung. Secara ekonomis jenis ini memiliki potensi yang luar biasa jika dijadikan komoditi bisnis, baik itu dari buah, kulit batang, dan daun melalui potensinya sebagai bahan pangan langsung, produk olahan dan juga obat-obatan yang dapat dikategorikan ke dalam hasil hutan bukan kayu (HHBK). Tak hanya itu, kayu dari S. polycephaloides juga sering dipakai untuk bahan konstruksi bangunan. Selanjutnya, S. polycephaloides dapat pula digunakan untuk reforestasi karena fungsi dan potensinya secara ekologis maupun ekonomis. Jika kita melihat secara keseluruhan, betapa besarnya manfaat dan potensi yang dimiliki S. polycephaloides dan maka dari itu peluang usaha untuk membangkitkan jenis ini masih sangat terbuka dengan begitu lebarnya.
Bibit Syzygium polycephaloides (RISE, 2017)
Referensi
- Brown, W.H. 1920. Minor Products of Philippine Forests. Bureau of Forestry. Manilla.
- Chacon, N. O. 1995. Phytochemical, Microbiological and Pharmacological Screening of The Alcoholic Extract From The Bark of Lipote (Syzygium polycephaloides) C.B. Rob (Family Myrtaceae). Centro Escolar Univ. Manila.
- Florido, H. B. and F.F. Cortiguerra. 2003 Lesser Known Edible Tree Species. Research Information Series on Ecosystems 15(3).
- Nishizawa, M., Yamada, H., Sano, J., Ito, S., Hayashi, Y., Ikeda, H., Chairul, Shiro, and M., Tokuda, H. 1991. Structure of Syzygiol : a Skin-Tumor Promotion Inhibitor. Tetrahedron letters 32(2): 211-212.
- Pratama, M. F., Dwiartama, A., Rosleine, D. Haris, R. A., and Irsyam. A. S. D. 2019. Documentation of Underutilized Fruit Trees (UFTs) Across Indigenous Communities in West Java, Indonesia. Biodiversitas 20(9): 2603-2611.
- RISE: Research Information Series on Ecosystems. 2017. Lipote: Syzygium polycephanoides. Ecosystem Research and Development Bureau. Laguna.
- Santiago, D. M. O., Garcia, V. V., Dizon, E. I., and Merca F. E. Antioxidant Activities, Flavonol and Flavanol Content of Selected Southeast Asian Indigenous Fruits. 2007. Philippine Agricultural Scientist 90(2): 123-130.
- Taguiling, N. K. 2013. Macrofloral Biodiversity Conservation in Ifugao. European Scientific Journal vol.4.
Leave a Reply