Arsip

Kategori

55 Jenis Burung Hantu di Indonesia TERBARU

Burung Hantu adalah kelompok burung yang masuk dalam ordo Strigiformes. Ciri-ciri burung hantu secara umum yakni kelompok burung yang memiliki kepala dengan ukuran besar dan bulat, ukuran mata besar dan menghadap ke depan, bulu tubuhnya yang tersusun secara radial, memiliki ukuran lubang telinga relatif lebar, akan tetapi seringkali tertutupi oleh lipatan kulit, ukuran paruh relatif pendek; cakar jari kaki yang tajam untuk mencengkeram. Burung hantu dapat terbang tanpa suara karena memiliki sayap dengan bulu-bulu yang halus. 
Berdasarkan data dari Catalogue of Life, di dunia ada 199 jenis burung hantu dan 55 jenis diantaranya adalah jenis burung hantu asli indonesia. Sebagian besar sarang berupa lubang pada pohon kadang di lubang bangunan, aktif pada waktu malam hari (nocturnal), dan bersifat predator. Semua jenis burung hantu memiliki telur berwarna putih. Ordo burung hantu (Strigiformes) dibagi menjadi dua famili/suku,  yakni Tytonidae (burung serak) dan Strigidae (burung hantu sejati).
Famili (Suku) Tytonidae adalah kelompok burung serak dengan ciri-ciri famili muka berbentuk hati (love) dan sangat bulat serta mata gelap. Piringan muka lebar yang memiliki fungsi untuk memfokuskan suara ke telinga saat berburu. Bulu sayap lembut sehingga tidak terdengar ketika terbang. Suranya berupa pekikan parau (serak).
Famili (Suku) Strigidae adalah kelompok burung hantu sejati dengan ciri-ciri mirip famili Tytonidae namun ukuran kakinya lebih pendek dan piringan muka lebih kecil. Beberapa jenis memiliki bentuk berkas telinga yang tegak sehingga terkadang disebut jenis burung hantu bertanduk. Sebagian besar bulu dari famili ini memiliki pola warna abu-abu, coklat, putih, dan hitam yang berfungsi untuk kamuflase saat istirahat siang hari.
Selanjutnya, artikel ini akan membahas jenis-jenis burung hantu yang ada di Indonesia. Berikut adalah daftar lengkap jenis / spesies burung hantu di Indonesia yang disertai gambar. Dalam daftar tersebut dilengkapi juga nama burung hantu dalam nama ilmiah / latin, Bahasa Indonesia dan Bahasa Inggris, serta dilengkapi status konservasi dan penjelasan singkat.

Famili Tytonidae

1. Tyto alba  (Serak Jawa / Barn Owl)
Memiliki ukuran besar (sekitar 34 cm), dapar dikenali sebagai barung hantu berwarna putih. Warna muka putih dengan bentuk hati dan berukuran lebar. Tubuh bagian atas berwarna kuning bertanda merata, tubuh bagian bawah berwarna putih dengan pola bintik-bintik hitam keseluruhan. Warna pada umumnya bervariasi. Pada burung remaja memiliki warna kuning lebih gelap. 
Salah satu subspesiesnya yakni Tyto alba javanica yang merupakan jenis burung hantu dengan sebaran Jawa, Kalimantan, dan Sumatra. Status konservasi burung hantu meurut IUCN adalah Least Concern (LC) dan Appendix II (perdagangan harus hasil penangkaran).
2. Tyto almae (Serak Seram / Seram Masked Owl)

Burung ini merupakan spesies baru pada tahun 2012 yang ditemukan di Pulau Seram, Maluku. Ciri-ciri burung serak seram memiliki kemiripan secara morfologi dengan serak kecil. Perbedaan utama yakni pada detil pola corak bulu di bagian perut yang  memiliki warna kuning tua, sedangkan pada serak kecil memilki warna putih. 
Pada bagian mahkota dan tengkuk memiliki corak warna garis putih, yang mana pada spesies serak yang lain umumnya berbentuk dua palang atau corak hati. Ekor burung serak seram memiliki warna coklat keemasan dengan palang-palang hitam yang hampir tidak memiliki bercak, sedangkan pada serak kecil memiliki bercak pada bagian palangnya.
3. Tyto inexspectata (Serak Minahasa / Minahassa Masked Owl)

Termasuk jenis burung hantu langka dengan ukuran besar (30 cm). Pada lempeng muka berwarna merah-karat terang. Tubuh bagian sisi atas berwarna merah-karat serta hitam tanpa bintik putih, sedangkan tubuh bagian sisi bawah berwarna merah karat terang dengan pola bintik hitam.

Habitat burung ini endemik di Sulawesi Utara dan Sulawesi Tengah. Status konservasi IUCN  kategori rentan (VU) dan termasuk Appendix II,

4. Tyto longimembris (Serak Padang / Eastern Grass-Owl)

Bagian atas berwarna coklat gelap atau cokelat dengan bintik-bintik pucat. Memiliki pola bar hitam dan cokelat pada sayapnya dan paruh pucat, kaki berbulu, mata coklat gelap.  Ukuran panjang jantan dewasa dari 32-38 cm, betina yang lebih besar dapat mengukur dari 35-42 cm. Lebar sayap lebih dari 100-116 cm.

Di Indonesia, penyebarannya di Sulawesi, NTB, dan Papua. Status konservasi IUCN kategori Resiko Rendah (LC) dan masuk Appendix II.

5. Tyto nigrobrunnea (Serak Taliabu / Taliabu Masked Owl)

Ukuran 32 cm. Piringan muka berwarna coklat kemerah-jambuan, bagian sekitar mata gelap. Tubuh bagian sisi atas berwarna gelap, dan tubuh bagian bawah berwarna coklat keemasan dengan pola bintik hitam.

Termasuk burung endemik di Taliabu, Kepulauan Sula. Status konservasi IUCN  ketegori Terancam dengan Perdagangan internasional: Appendix II.

6. Tyto novaehollandiae (Serak Australia / Australian Masked Owl)

Ukuran sangat besar (41 cm). Bagian punggung dan sayap berwarna abu-abu gelap, memiliki banyak pola bercak putih dan hitam. Bagian tubuh bawah dan muka berwarna putih, terkadang ada warna coklat muda. Garis luar piringan muka dibatasi dengan garis gelap tebal.

Penyebarannya di Indonesia berada di Papua bagian selatan. Status konservasi IUCN masuk dalam daftar: Resiko Rendah (LC) dan Perdagangan internasional: Appendix II.

7. Tyto rosenbergii (Serak Sulawesi / Sulawesi Masked Owl)

Ukuran besar (43-46 cm). Piringan muka berwarna putih agak gelap dengan tepi gelap, mahkota abu-abu. Bagian sisi bawah tubuh berwarna abu-bau kecoklatan pucat dengan pola bintik kehitaman, bagian sisi tubuh atas berwarna coklat abu-abu dan agak gelap. Ekor memiliki palang tebal.

Termasuk burung endemik di Sub-Kawasan Sulawesi, yakni di Sangihe dan Banggai. Terdiri dari dua subspesies, yakni T. r. rosenbergii dan T. r. pelengensis. Status konservasi IUCN kategori Resiko Rendah (LC) dan masuk ke dalam Appendix II.

8. Tyto sororcula (Serak Kecil Moluccan / Masked Owl)

Ukuran sedang (29 cm). Piringan muka bertepi berwarna gelap, bagian tubuh sisi atas terdapat pola totol. Pada subspesies cayelii, warna seluruh tubuh lebih didominasi kuning kecoklatan, bagian tubuh sisi atas lebih hitam.

Burung hantu ini endemik di Maluku selatan dan NTT. Terdiri dari dua subspesies, yakni T. s. sororcula dengan penyebaran di Pulau Seram dan T. s. cayelii dengan penyebaran di Kepulauan Tanimbar. Status IUCN masih kekurangan data (data deficient) dan status perdagangan appendix II.

9. Tyto tenebricosa (Serak Hitam / Greater Sooty Owl)

Ukuran besar (36 cm). Burung ini merupakan satu-satunya serak yang  memiliki warna abu-abu jelaga di Papua. Warna mata hitam besar, ukuran sayap lebar dan membulat. Kaki besar, berbulu lebat serta dilengkapi dengan cakar yang kuat. Pada individu betina mirip jantan, namun memiliki ukuran lebih besar. Subspesies T. t. arfaki memiliki ukuran lebih kecil, warna gelap pada bagian tubuh sisi bawah dan lebih bervariasi.

Status konservasi IUCN yakni Resiko Rendah (LC) dan status Perdagangan internasional Appendix II.

10. Phodilus badius (Serak Bukit / Oriental Bay Owl)

Ukuran sedang (27 cm). Memiliki warna coklat kemerahan. Tampilan mirip sperti Serak Jawa yang memiliki bentuk muka seperti hati dan terkadang memiliki struktur seperti “telinga” tegak. Tubuh bagian sisi atas berwarna coklat kemerahan dengan pola bintik-bintik hitam dan putih. Tubuh bagian sisi bawah berwarna kuning kemerah-jambuan dengan pola bintik hitam, piringan muka berwarna kemerah-jambuan.

Penyebarannya di Sunda Besar, Kep. Natuna, Nias, dan Belitung. Status konservasi IUCN termasuk Resiko Rendah (LC) dan status perdagangan internasional Appendix II.

Famili Strigidae 

11. Bubo sumatranus (Beluk Jampuk / Barred Eagle-Owl)

Ukuran besar (45 cm). Memili pola garis-garis tebal. Warna bulu abu-abu tua dengan berkas telinga tegak yang mencolok. Sisi tubuh bagian atas berwarna coklat kehitaman dan memiliki garis kuning tua halus seluruhnya, warna alis putih. Sisi tubuh bagian bawah berwarna abu-abu keputih-putihan,  dengan garis hitam tebal, warna paruh kuning, dan warna kaki kuning pucat.

Terdapat dua subspesies, yakni B. s. sumatranus yang berada di Sumatra dan B. s. strepitans yang berada di Kalimantan, Jawa dan Bali.

Status konservasi IUCN: Resiko Rendah (LC) dan Perdagangan internasional : Appendix II.

12. Glaucidium brodiei (Beluk-watu Gunung / Collared Owlet)

Ukuran sangat kecil (16 cm). Tubuh memiliki garis-garis. Warna mata kuning dan kerah pucat, tidak punya cuping telinga. Tubuh bagian sisi atas berwarna coklat muda, memiliki garis warna kuning kemerahan. Mahkota berwarna abu-abu, terdapat bintik mata kecil putih / kemerahan, terdapat garis coklat yang melintang pada bagian tenggorokan yang putih. Warna dada dan perut kuning dengan garis hitam, paha dan tungging berwarna putih bercoret coklat.

Di Indonesia terdapat dua subspesies yakni G.b. peritum  yang berada di Sumatera dan G.b. borneense yang berada di Kalimantan. Status konservasi IUCN masuk dalam Resiko Rendah (LC) dan status Perdagangan internasional: Appendix II.

13. Glaucidium castanopterum (Beluk-watu Jawa / Javan Owlet)

Burung ini termasuk endemik Jawa dan Bali. Ukuran tubuh kecil (24 cm), dengan warna coklat merah-bata. Seluruh bagian tubuh memiliki garis-garis, tidak memiliki berkas telinga. Sisi tubuh bagian atas berwarna merah bata dan memiliki garis kuning tua dengan garis terputus pada bagian pinggir skapular. Sisi tubuh bagian bawah sebagian berwarna besar coklat dan  memiliki garis kuning tua, keputih-putihan dengan sisi tubuh coklat berangan. Garis tenggorokan berwarna putih dengan bercak coklat dan kuning di bawahnya (ciri yang mencolok).

Status konservasi IUCN masuk dalam daftar Resiko Rendah (LC) dan Status Perdagangan internasional : Appendix II.

Selanjutnya >>>

Mh Badrut Tamam
Lecturer Science Communicator Governing Board of Generasi Biologi Indonesia Foundation