Sebagai upaya untuk mempertahankan hidup, semua organisme hidup harus melakukan penyesuaian terhadap lingkungannya. Suatu lingkungan organisme meliputi segala sesuatu yang ada di sekeliling mereka. Organisme akan mempengaruhi lingkungannya, demikian pula semua unsur lingkungan akan mempengaruhi organisme yang bersangkutan. Penyesuaian antara organisme dengan lingkungannya merupakan bentuk adaptasi biologis. Adaptasi mempunyai banyak dimensi karena sebagian besar organisme harus menyesuaikan diri secara simultan dengan lingkungan mereka yang berbeda-beda. Adaptasi tidak hanya mencakup faktor fisk abiotik lingkungan (cahaya, temperatur, kelembaban, air, angin, dan lain-lain), akan tetapi juga dengan lingkungan biotik (organisme lain seperti kawin, kompetitor, parasit, pemangsa, dan strategi jalan keluar dari pemangsa). Kegiatan adaptasi merupakan usaha yang berlawanan dengan keinginan organisme sekaligus sebagai usaha kompromi. Adaptasi menyangkut perubahan-perubahan akibat adanya seleksi alam bersifat herediter (turun-temurun) dan proses berlangsungnya melibatkan beberapa generasi yang berurutan (Sukarsono, 2012).
Salah satu bentuk adaptasi yang dilakukan hewan untuk menyesuaikan diri dengan faktor abiotik lingkungan (suhu) adalah adaptasi yang dilakukan burung flamingo (Phoenicopterus ruber). Dalam upaya penyesuaian suhu tubuh dengan suhu lingkungan, burung falmingo melakukan bentuk adaptasi yang cukup unik. Burung flamingo akan mengangkat 1 kaki dan memasukkan kepalanya di balik sayap, sedangkan 1 kaki yang lain digunakan untuk berdiri. Respon dasar hewan dalam menanggapi perubahan lingkungan ada tiga, yaitu respon pengaturan, respon penyesuaian, dan respon perkembangan (Karmadibrata, 1992). Bentuk respon yang dilakukan oleh burung flamingo termasuk tipe respon pengaturan. Respon ini berlangsung dalam waktu singkat (detik, menit, atau jam) dan bersifat reversibel. Respon tipe ini berlangsung cepat dan terutama terjadinya melalui mekanisme fisiologi hewan yang menyangkut perubahan proses-proses metabolisme tubuhnya (Sukarsono, 2012).
Burung flamingo juga melakukan pola perilaku sosial. Perilaku sosial merupakan interaksi di antara individu, secara normal di dalam spesies yang sama yang saling mempengaruhi satu sama lain. Perilaku sosial berkembang diantaranya karena adanya kebutuhan untuk reproduksi dan bertahan dari predator. Burung flamingo hidup secara berkelompok, dengan tujuan sebagai bentuk perlindungan dari serangan predator. Selain itu, tujuan burung flamingo hidup berkelompok adalah adanya kebutuhan reproduksi (Sukarsono, 2012).
Burung flamingo berkembang biak dengan selang waktu yang cukup lama dan tidak beraturan, yaitu sekitar dua atau tiga tahun sekali. Saat bertelur, burung flamingo akan membuat gundukan dari lumpur yang ditumpuk dan mengeras karena terjemur panas matahari. Telur akan diletakkan di atas gundukan tersebut dan dierami. Usaha mencari makan, juga dilakukan secara berkelompok oleh burung flamingo. Makanan burung flamingo adalah golongan crustaceae, seperti udang. Adanya kandungan beta karoten pada makanan burung flamingo ini, menyebabkan adanya warna merah muda atau merah cerah pada bulu burung flamingo.
Penulis: Elga Citra Kurniawati
Referensi:
- Karmadibrata, Ikbar. 1992. Ekologi Hewan. Bandung: Institut Teknologi Bandung.
- Sukarsono. 2012. Pengantar Ekologi Hewan. Malang: UMM Press.
Leave a Reply