Arsip

Kategori

source: www.crabdatabase.info

Majoidea: Kepiting Laba-Laba yang Suka Berhias

Spider-crab begitulah hewan ini dijuluki. Sebagai sesama anggota kelas malacostraca, kepiting majoidea memiliki kenampakan yang serupa dengan seekor laba-laba. Kepiting ini seringkali memiliki kaki dan karapaks yang lebih panjang dan ramping dibandingkan jenis kepiting lain.
 Cukup unik bukan? Namun, tidak hanya itu keistimewaan dari hewan decapoda ini. Rupanya, majoidea juga dikenal memiliki kegemaran untuk bersolek. Lho, bagaimana bisa kepiting bersolek? Lalu, untuk apa pula kepiting perlu bersolek? Agar tidak penasaran lagi, mari kita berkenalan dengan sosok majoidea ini.

Karakteristik

Sumber: m.singapore.biodiversity.online

Superfamili majoidea yang terdiri dari sekitar 1000 spesies dan lebih dari 200 genera, tentunya memiliki kenampakan yang beragam. Namun, ada beberapa karakteristik umum dari spider-crab ini, misalnya saja:

  • Karapaks biasanya memanjang, melebar di daerah brankial; biasanya dengan rostrum panjang yang sering kali bifid; 
  • Karapaks mungkin berbentuk spinose, pipih, atau menggembung lebar
  • Cheliped dan kaki berjalan ramping, seringkali panjang, 
  • Mata dengan berbagai tingkat perlindungan
  • Memiliki beberapa atau tidak sama sekali dari yang berikut: tulang belakang preorbital dan/atau tulang belakang antorbital; tulang belakang postorbital; tulang belakang interkalasi; antena basal; dan pleon

Habitat

Kepiting ini terdistribusi di habitat yang beragam, termasuk: zona intertidal, lereng benua dengan kedalaman melebihi 1000 m, dan wilayah mulai dari boreal hingga tropis. Mereka biasanya berasosiasi dengan substrat keras, menghuni struktur karang hidup dan mati, dan kadang-kadang dapat ditemukan di spons.

Peran Penting

Tidak hanya hidup pada lingkungan yang beragam, kepiting laba-laba ini juga memegang beragam peranan penting, antara lain:

  • Pada ekosistem laut, sebagian besar spesies berperan sebagai omnivora, scavenger, konsumen, dan mangsa.
  • Beberapa kelompok majoidea merupakan predator puncak yang penting dalam banyak penataan biocenosis bentik.
  • Kelompok krustasea berkaki sepuluh pada majoidea dapat menjadi indikator kualitas ekologi dan mendukung perikanan komersial atau tradisional

Perilaku Dekorasi

Superfamili majoidea umumnya memiliki kenampakan morfologi yang unik. Keberadaan bagian khusus berupa seta kait pada kelompok kepiting ini, memungkinkan majoidea menyamar dengan berbagai dekorasi khas. Teknik penyamaran khas dari majoidea ini, menjadikannya terkenal sebagai Kepiting penghias.

Seta: Komponen Morfologi Penting dalam Dekorasi

Sumber: m.singapore.biodiversity.online

Komponen seta kait agaknya amat penting dalam memfasilitasi adaptasi unik dari kepiting penghias ini. Bukti filogenetik bahkan menunjukkan bahwa sekitar 75% dari seluruh majoidea pernah menghiasi setidaknya sebagian dari karapaksnya selama beberapa fase kehidupannya. 

Rupanya, bentuk-bentuk seta pada majoidea juga beragam, misalnya:

  • Hooked Setae (Seta kait atau seta melengkung): memiliki batang yang relatif panjang dengan bagian distal lengkung
  • Bent Setae (Seta bengkok): lebih pendek dan bengkok daripada hooked setae
  • Straight or pappose setae (Seta lurus): Lebih lurus dan runcing pada bagian distal serta seringkali tertutupi oleh setula kecil.

Beberapa pengamatan menduga bahwa majoidea menghias dirinya melalui beberapa proses sebagai berikut:

  1. Kepiting memasukkan bahan dekorasi ke mulutnya untuk melunakkan ujungnya
  2. Kepiting mengeluarkan semacam perekat dari mulutnya
  3. Kepiting menempelkan dekorasi ke karapaksnya menggunakan seta kait

Preferensi Dekorasi

Dalam memilih dekorasi yang sesuai pada karapaksnya, kepiting laba-laba dapat memiliki bahan hiasan kesukaan masing-masing. Beberapa jenis dekorasi berikut ini kerap menjadi pilihan bagi si kepiting penghias:

  • Bahan dekorasi yang sama dengan yang mereka konsumsi untuk makanannya
  • Bahan yang secara morfologis lebih mudah terjangkau dan terpasang (sehingga dapat mengurangi waktu dekorasi)
  • Bahan dekorasi dari invertebrata atau tumbuhan yang mengandung bahan kimia berbahaya

Kegunaan Dekorasi

1. Sebagai Anti-predator

Dekorasi yang digunakan oleh Majoidea dapat menjadi pertahanan pra-deteksi dan pertahanan pasca-deteksi. Sebagai pertahanan pra-deteksi, dekorasi berfungsi sebagai bentuk penyamaran yang menyulitkan predator untuk mengenali kepiting ini pada lingkungannya. Coba perhatikan gambar berikut ini, dapatkah kalian menemukan keberadaan kepiting ini?

 

Sumber: aphotomarine.com

Sementara itu, sebagai pertahanan pasca-deteksi dekorasi pada majoidea dapat menjadikan predator tidak tertarik lagi untuk memangsanya. Hal ini terjadi karena hiasan tersebut dapat memiliki penampakan, rasa atau bau yang tidak wajar, serta dapat menjadikan kepiting berbahaya secara kimia. 

Sumber: aphotomarine.com

Anti-mainstream juga kan hewan yang satu ini.  Alih-alih berhias untuk mendapatkan perhatian dan disukai, mereka justru berhias untuk dihindari dan diabaikan.

2. Penyimpanan Makanan

Jika beberapa spesies menggunakan bahan hiasan yang berbahaya untuk dikonsumsi, beberapa spesies lainnya justru memilih bahan hiasan yang bisa menjadi stok makanannya. Ketika ingin menghindari predator, beberapa kepiting penghias memanfaatkan dekorasinya untuk tempat penyimpanan makanan sementara. Pemanfaatan dekorasi memungkinkan kepiting untuk mengangkut makanan dari area terbuka yang rawan oleh serangan predator, ke area yang lebih aman.

3. Penangkapan Mangsa

Tidak hanya sebagai bantuan penyamaran dari predator, perilaku dekorasi kelompok kepiting ini juga membantu mereka untuk menyergap mangsa. Namun, kebanyakan kepiting dekorator sangat lambat sehingga sangat jarang melakukan perburuan aktif. Selain itu, ada kemungkinan bahwa kepiting menggunakan dekorasi untuk menarik makanan, namun bukti langsung mengenai hal ini masih kurang.

Status Konservasi

Status konservasi mencerminkan kemungkinan suatu spesies untuk bertahan hidup atau punah. Daftar merah IUCN  (International Union for Conservation for Nature)  merupakan pemeringkatan secara global yang memberikan informasi komprehensif mengenai berbagai aspek, termasuk kisaran spesies, ukuran populasi, habitat, ekologi, pemanfaatan dan/ atau perdagangan, ancaman, dan langkah-langkah konservasi, yang menjadi dasar pengambilan keputusan konservasi yang penting.

Sayangnya, meskipun daftar merah IUCN memegang peran besar dalam perlindungan suatu spesies, sejumlah besar spesies Majoidea di Indonesia masih belum terkaji. Akibatnya, sulit untuk menetapkan prioritas konservasi yang efektif. Selain itu, spesies dengan kategori ‘kekurangan data’ atau ‘tak terevaluasi’ dalam Daftar Merah IUCN sering terabaikan, meskipun penetapan ini menunjukkan kurangnya informasi yang memadai, dan bukannya kurangnya ancaman.

Referensi

  1. Ambariyanto, A., Kholilah, N., Al Malik, M. D., Kurniasih, E. M., Pertiwi, N. P. D., Sembiring, A., … & Murwani, R. (2023). Taxonomic and Conservation Status of Majoidea “Spider Crabs” from Indonesia: Recommendations for Management. Regional Studies in Marine Science, 103211.
  2. Ferratges, F. A., Domínguez, J. L., Ossó, À., & Zamora, S. (2023). Spider crabs (Decapoda: Brachyura: Majoidea) from the upper Eocene of south Pyrenees (Huesca, Spain). Palaeontologia Electronica, 26(2), 1-29.
  3. Hultgren, K. M., Stachowicz, J. J., Stevens, M., & Merilaita, S. (2011). Camouflage in decorator crabs: integrating ecological, behavioural and evolutionary approaches. Animal camouflage, 214-229.Schweitzer, C. E.,
  4. Feldmann, R. M., & Karasawa, H. (2020). Treatise Online no 136: Part R, Revised, Volume 1, Chapter 8T11: Systematic descriptions: Superfamily Majoidea. Treatise Online.
Nurul Rifqah Fahira
S1 Biologi Universitas Hasanuddin