Arsip

Kategori

Laporan Praktikum Pengaruh Hormon Auksin Terhadap Pertumbuhan Akar

Dalam postingan ini akan dibahas mengenai praktikum fisiologi tumbuhan dengan tema hormon auksin atau hormon pertumbuhan. Berikut adalah laporan praktikum fisiologi tumbuhan hormon pertumbuhan yang membahas pengaruh hormon auksin terhadap pertumbuhan akar tanaman.
 

Latar Belakang

Hormon tumbuhan dapat didefinisikan sebagai senyawa organik yang disintesis dalam suatu bagian tumbuhan dan diangkut kebagian yang lain, yang dalam konsentrasi yang rendah dapat mengakibatkan respon fisiologi. Selain hormon yang dibuat oleh tumbuhan, dijumpai pula senyawa sintetik yang memiliki pengaruh seperti hormon. Salah satu hormon yang memiliki peran dalam proses pemanjangan jaringan yakni hormon AIA yang mana hormon ini diproduksi dibagian apikal dan didistribusikan ke akar.
Beberapa senyawa yang disintesis oleh manusia yang dapat menimbulkan respon seperti AIA, dianggap sebagai auksin. Yang termasuk ke dalam  keompok ini adalah asam naftalasetat (NAA), asam indolbutirat (IBA), asam 2,4-diklorofenoksi asetat (2,4 D). Senyawa-senyawa tersebut tidak dapat disintesis oleh tumbuhan sehingga senyawa tersebut tidak disebut hormon akan tetapi disebut zat pengatur tumbuh (ZPT).
Pada biji yang berkecambah kadar auksinnya berbeda-beda disetiap tempatnya. Sehingga proses pemanjangannya pun akan berbeda-beda disetiap tempatnya. Dengan penambahan berbagai macam hormon atau zat pengatur tumbuh, maka akan menunjukkan perbedaan panjang pada jaringan, baik pada koleoptil maupun akar primer
 

Rumusan Masalah

Bagaimanakah pengaruh berbagai macam hormon tumbuh terhadap pemanjangan jaringan koleoptil dan akar primer jagung?

Tinjauan Pustaka

Hormon tumbuh adalah senyawa organik yang dihasilkan oleh tanaman, yang dalam konsentrasi rendah dapat mengatur proses fisiologi. Hormon biasanya bergerak dari bagian tanaman yang menghasilkan menuju kebagian tanaman yang lain.
Salah satu hormon adalah auksin. Istilah auksin pertama kali digunakan oleh Frist Went yang saat ini diketahui sebagai asam indol-3 asetat atau IAA. Senyawa banyak terdapat di ujung koleoptil tanaman ke arah cahaya. Semua jaringan ini memiliki konsentrasi IAA tertinggi  akibat adanya aktivitas sintesis di daerah tersebut.
Konsentrasi IAA pada bagian akar memiliki konsentrasi yang hampir sama dengan pada bagian tumbuhan lainnya. IAA mampu memacu proses pemanjangan akar ketika berada di konsentrasi yang sangat rendah. IAA adalah hormon auksin yang bersifat endogen yakni auksin yang berada di dalam tanaman.  IAA berperan dalam aspek pertumbuhan dan perkembangan tanaman yaitu pembesaran sel yaitu koleoptil atau batang penghambatan mata tunas samping, pada konsentrasi tinggi menghambat pertumbuhan mata tunas untuk menjadi tunas absisi daun aktivitas dari kambium dirangsang oleh IAA pertumbuhan akar  pada konsentrasi tinggi dapat menghambat perbesaran sel-sel akar.
Pemberian istilah auksin diberikan ke dalam kelompok senyawa kimia yang berfungsi untuk mendorong proses pemanjangan kuncup yang sedang berkembang. Beberapa auksin  dihasikan secara alami oleh tumbuhan, seperti IAA (indoleacetic acid), PAA (Phenylacetic acid), 4-chloro IAA (4-chloroindole acetic acid) dan IBA (indolebutyric acid) dan beberapa lainnya merupakan auksin  sintetik, misalnya zat pengatur tumbuh 2,4 D (2,4 dichlorophenoxyacetic acid), NAA (napthalene acetic acid),  dan MCPA (2-methyl-4 chlorophenoxyacetic acid).

Metode Praktikum

Jenis Praktikum
Praktikum ini bersifat eksperimental dengan melakukan percobaan untuk menjawab rumusan masalah dan dalam eksperimen ini terdapat variabel bebas, variabel terikat, dan variabel kontrol.
Identifikasi Variabel
Variabel Bebas : Jenis hormon dan zat pengatur tumbuh.
Variabel Terikat : Pertambahan panjang koleoptil dan akar primer
Variabel Kontrol: jenis biji, ukran koleoptil dan akar primer, lama perendaman, dan konsentrasi hormon.
Alat dan Bahan
  • Gelas kimia (beker glass).
  • Kecambah jagung umur 5 hari. Dibuat potongan koleoptil dan akar primer dengan panjang 5 mm diukur pada jarak 2 mm dari kotiledon.
  • Larutan AIA; larutan 2,4 D dan larutan NAA 1 ppm
  • Air suling
  • Cawan Petri
  • Silet tajam dan penggaris
Langkah Percobaan
  • Menyiapkan bahan dan alat yang diperlukan.
  • Menyediakan potongan koleoptil dan akar primer untuk tiap-tiap perlakuan sebanyak 5 potongan.
  • Mengisi cawan petri dengan larutan AIA 1 ppm sebanyak 10 ml kemudian merendam potongan jaringan tersebut (akar dan batang), melakukan hal yang sama untuk larutan yang 2,4 D; NAA dan air suling. Menutup cawan petri dan membiarkannya sampai 48 jam.
  • Melakukan pengukuran kembali terhadap potongan-potongan jaringan tersebut.
  • Membuat tabel hasil pengamatan untuk merekam data saudara.
  • Membuat histogram yang menyatakan hubungan antara macam hormon terhadap pertambahan panjang jaringan akar dan batang.
 

Hasil

No.
Potongan/ organ
Hormon
Panjang Rata-Rata Awal (mm)
Panjang Rata-Rata Akhir (mm)
Selisih
1
Koleoptil
AIA
5
6,6
1,6
2,4 D
5
6
1
NAA
5
6,4
1,4
Air Suling
5
5,2
0,2
2
Akar Primer
AIA
5
8
3
2,4 D
5
6
1
NAA
5
7,6
2,6
Air Suling
5
5,8
0,8
 

 

 
 

Analisis

Berdasarkan tabel hasil pengamatan dan histogram 1 diketahui bahwa potongan koleoptil sebelum direndam memiliki panjang 5 mm. setelah direndam dalam larutan IAI 1 ppm selama 48 jam panjangnya bertambah menjadi 6,6 mm, sehingga mengalami pertambahan panjang 1,6 mm. Potongan koleoptil yang direndam 2,4 D 1 ppm panjangnya bertambah menjadi 6 mm, sehingga mengalami pertambahan panjang 1mm. Potongan koleoptil yang direndam NAA 1 ppm panjangnya bertambah menjadi 6,4 mm, sehingga mengalami pertambahan panjang 1,4 mm. Sementara pada perendaman air suling panjangnya bertambah menjadi 5,2 mm dan mengalami pertambahan panjang 0,2 mm.
Potongan akar primer sebelum direndam memiliki panjang 5 mm. setelah direndam dalam larutan IAI 1 ppm selama 48 jam panjangnya bertambah menjadi 8 mm, sehingga mengalami pertambahan panjang 3 mm. Potongan koleoptil yang direndam 2,4 D 1 ppm panjangnya bertambah menjadi 6 mm, sehingga mengalami pertambahan panjang 1mm. Potongan koleoptil yang direndam NAA 1 ppm panjangnya bertambah menjadi 7,6 mm, sehingga mengalami pertambahan panjang 2,6 mm. Sementara pada perendaman air suling panjangnya bertambah menjadi 5,8 mm dan mengalami pertambahan panjang 0,8 mm.

Pembahasan

Dari hasil kegiatan  praktikum yang telah dilakukan, hormone yang berpengaruh terhadap pemanjangan jaringan adalah AIA, kemudian diikuti oleh NAA, dan 2,4 D. AIA mendominasi pemanjangan jaringan dikarenakan sebelum diberi perlakuan hormon, didalam potongan jaringan tersebut sudah terdapat hormone AIA yang disintesis oleh kecambah pada bagian pucuk. Dengan penambanhan larutan AIA 1 ppm dari luar, maka terjadilah sinergisme antara AIA yang terdapat dalam potongan kecambah tersebut dengan larurtan AIA 1 ppm untuk merespon secara fisiologi pemanjangan sel-sel jaringan menjadi plastis.
Zat pengatur tumbuh sintetik yang digunakan dalam percobaan adalah NAA dan 2,4 D. Meskipun keduanaya adalah hormone sintetik, namun keduanya menunjukkan hasil yang berbeda. NAA memberikan efek pemanjangan yang lebih baik daripada 2,4 D. Hal ini kemungkinan dapat disebabkan NAA memiliki kesamaan struktur dengan AIA. NAA tidak memiliki gugus NH seperti halnya pada AIA yang merupakan turunan dari asam amino triptofan. Sementara NAA dengan 2,4 D memiliki banyak perbedaan dalam strukturnya kecuali gugus asetatnya (CH2COOH) yang menunjukkan persamaannya.
Sementara pada jaringan koleoptil dan akar primer yang direndam dalam air juga menunjukkan adanya pemanjangan walaupun tidak seefektif pada hormon atau zat pengatur tumbuh. Peristiwa ini disebabkan pada jaringan tersebut masih terdapat kadar auksin, sehingga proses pemanjangan masih bejalanwalaupun tidak maksimal. Pemanjangan tersebut juga dapat disebkan adanya osmosis yang dilakukan oleh jaringan tersebut, sebagai akibatnya air akan masuk kedalam jaringan  dan menyebabkan pertambahan panjang pada jaringan.
Pembahasan lebih lanjut mengenahi panjang rata-rata antara koleoptil dan akar primer. Dari hasil percobaan didapatkan bahwa jaringan akar primer menunjukkan hasil yang lebih panjang daripada jaringan koleoptil. Telah diketahui bahwa auksin disintesis dipucuk dan diangkut ke akar secara basipetal. Konsentrasi auksin yang tinggi dapat menghambat pemanjangan. Karena bagian pucuk mensintesis auksin,maka kosentrasinya lebih tinggi daripada dibagian akar primer. Akibatnya auksin yang rendah pada akar tersebut memacu pertambahan panjang lebih baik daripada koleoptill jagung.

Kesimpulan

Pemberian hormon tumbuh memiliki pengaruh positif terhadap pemanjangan jaringan koleoptil dan akar primer jagung.
 


Mh Badrut Tamam
Lecturer Science Communicator Governing Board of Generasi Biologi Indonesia Foundation