Antibiotik adalah segolongan molekul yang memiliki efek untuk menekan atau menghentikan proses biokimia dalam suatu organisme khususnya pada kasus infeksi mikrobia. Mikrobia yang pada awalnya bersifat sensitif terhadap antibiotik dapat mengalami perubahan sifat genetiknya menjadi kurang ataupun tidak sensitif. Hal tersebut disebabkan oleh mikrobia memperoleh elemen genetik yang membawa sifat resisten atau acquired resistance. Resistensi dapat terjadi melalui dua cara yaitu transduksi dan konjugasi. Pada jalur transduksi, faktor kekebalan dipindahkan dari mikrobia resisten ke mikrobia sensitif dengan perantara bakteriofaga. Dalam proses tersebut yang ditransfer adalah materi DNA-plasmid yang mengandung faktor resistensi. Bagian yang ditransfer hanya infectious plasmid (Laura, 2009).
Mekanisme resistensi terhadap antimikrobia digunakan untuk menangani penyakit patogen. Penggunaan antimikrobia secara berlebih telah memicu munculnya resistensi terhadap antimikrobia, dan hal ini terjadi pada sebagian besar bakteri yang memiliki sensitivitas tinggi (Poole, 2002). Perubahan dari target obat yang mengganggu batasan interaksi antibiotik menghalangi kemampuan bakteriosidal atau bakteriostatik dan memicu resistensi. Terdapat beberapa mekanisme genetik yang memengaruhi mekanisme resistensi bakteri terhadap antibiotik. Mekanisme tersebut memunculkan sifat resistensi sebagai hasil dari modifikasi biokimia yang memecah sel tertentu pada bakteri yang dalam keadaan normal bersifat sensitif terhadap antibiotik.
Salah satu contoh modifikasi biokimia yang memicu resistensi yaitu produksi enzim yang menginaktivasi antibiotik, serta pemecahan protein, enzim, atau target reseptor antibiotik. Selain itu, aktivasi pompa efflux akan menyingkirkan dan mendorong antibiotik menjauh dari sel. Destruksi protein dinding sel oleh bakteri juga akan mencegah antibiotik masuk ke dalam sel bakteri.
Mekanisme utama dari transfer gen bakteri yaitu transduksi dan konjugasi. Transduksi terjadi ketika bakteriofaga melepaskan diri dari satu sel bakteri, membawa beberapa genom bakteri dan kemudian menginfeksi sel lain. Ketika bakteriofag menyisipkan konten genetik ke dalam genom ke sel lain, DNA bakteri sebelumnya juga dimasukkan ke dalam genom. Konjugasi terjadi ketika dua bakteri mengalami kontak fisik satu sama lain dan plasmid, membawa DNA kromosom dan ditransfer dari sel donor ke sel penerima. Plasmid membawa gen yang mengkode enzim yang mampu menonaktifkan antibiotik tertentu. Sumber asli dari gen untuk enzim ini tidak diketahui dengan pasti. Namun, unsur genetik yang disebut transposon (“jumping” gen), memfasilitasi transfer gen resistensi untuk spesies bakteri lainnya. Karena banyak dari plasmid membawa gen resisten antibiotik dapat ditransfer antara spesies yang berbeda dari bakteri, resistensi terhadap antibiotik tertentu dapat berkembang dengan cepat.
Penulis: Arista Suci Andini, M. Si.
Referensi:
- Laura L.D. 2009. Antibiotic Resistance : Pediatric Infectious Disease Fellow. United States. 10 (3).
- Poole, K. 2002. Mechanism of bacterial biocide and antibiotic resistance. Journal of Apllied Microbiology. 92 : 55-64.
Leave a Reply