Setelah dunia bermasalah dengan virus SARS, Flu Burung, dan Swine Flue, sekarang dunia digemparkan dengan adanya pandemi baru yakni Virus Mers yang banyak ditemukan di Kawasan Teluk, Timur Tengah. Untuk pertama kalinya virus ini ditemukan oleh ahli Virologi, Dr. Ali Moh. Zaki pada seorang pasien pria yang berusia 60 tahun di Rumah Sakit Dr. Fakeeh, Jeddah, Saudia Arabia tanggal 20 September 2012 dan kemudian kasus kedua ditemukan di Qatar pada seorang pria yang berusia 49 tahun pada tanggal 23 September 2012 dan sejak saat itu ditemukan lebih dari 80 kasus yang berakibat fatal. Pada akhirnya terjadilah wabah MERS.
Apa Itu Virus Mers?
Virus Mers adalah sejenis virus yang masuk dalam kelompok betacoronavirus saat diidentifikasi pada bulan November 2012 ternyata memiliki hubungan kekerabatan dengan coronavirus yang terdapat pada kelelawar yakni jenis HKU4 dan HKU5. Pada akhirnya virus tersebut diberi istilah “hCoV-EMC” yang merupakan singkatan dari Human Coronavirus Erasmus Medical Center setelah diidentifikasi oleh Dr. Ron di Erasmus Medical Center. Namun pada bulan Mei 2013 istilahnya diubah menjadi Middle East respiratory syndrome (MERS) coronavirus (MERS-CoV).
Evolusi Virus Baru
Seperti kasus sebelumnya yang terjadi pada kasus Flu Burung dan Flu Babi yang mana virus berevolusi dari burung yang saya ulas di artikel “Mekanisme Infeksi Virus H1N1“, maka virus MERS ini awal mula secara genetika berkerabat dengan Coronavirus pada kelelawar dari genus Tylonycteris yakni CoV HKU4 (Ty-BatCoV HKU4) dan dari kelelawar genus Pipistrellus CoV HKU5 (Pi-BatCoV HKU5) yang ada di Hongkong. Namun ada perbedaan pada reseptor yang dikenalinya dimana MERS-CoV berevolusi dengan mengubah protein pengikat reseptornya untuk mengenali dipeptidyl peptidase 4 (DPP4) sebagai reseptor fungsional. Reseptor tersebut secara spesifik dapat dijumpai di sel mamalia seperti kelelawar, unta, primata, kelinci, babi, dan domba (Gambar 1). Disamping itu karakteristik protein DPP4 juga dapat ditemukan di kucing, tikus, hamster, anjing, dan musang.
Gambar 1.Diagram skematis potensial transmisi virus MERS Co-V (Raj et al., 2014). |
Taksonomi
MERS merupakan Genus dari Coronavirus yang masuk dalam ordo Nidovirales, famili Coronaviridae dan subfamili Coronavirinae, yang mana terdiri dari empat genera yakni Alphacoronavirus, Betacoronavirus, Deltacoronavirus dan Gammacoronavirus. Taksonomi tersebut didasarkan pada hubungan antigen dan sekuensing gen. Sementara untuk coronavirus pada manusia masuk dalam dua genera: Alphacoronavirus dan Betacoronavirus. HCoV-229E dan HCoV-NL63 masuk dalam genera Alphacoronavirus. Sementara genera Betacoronavirus terdiri dari empat jalur yakni CoV, HCoV-OC43 dan HCoV-HKU1, dan BtCoV.
Genom dan Protein MERS-CoV
Strukktur genom MERS-CoV terdiri dari 30119 nukleotida yang memiliki kemiripan dengan coronaviruses yang lainnya. Materi genetiknya berupa RNA yang memiliki penambahan gugus poli-A pada ujung 3’ mRNA (polyadenylation) dengan 2/3 genomnya mengkode protein non-struktural (NSPs = Non-Structural Proteins) yang terlibat dalam replikasi. Adapun struktur genom secara lengkap dapat diamati di Gambar 2.
Gambar 2. Klik gambar untuk memperbesar! Gambar tersebut merupakan perbandingan genom dari MERS-CoV, BatCoV-HKU4, dan SARS-CoV (Yuan & Wenjie, 2013). |
Mekanisme Infeksi
MERS merupakan virus RNA dengan single strand alias rantai tunggal yang dilindungi oleh pelindung khusus dengan protein S sebagai pengikatnya untuk mengenali reseptor inangya. Berdasarkan Gambar 3, protein S dari virus MERS berikatan pada reseptor DPP4 di membram plasma. Ketika reseptor tersebut mengenali inangnya, maka virus MERS akan dengan mudahnya mengalami endositosis ke dalam sel sehingga materi genetik yang berupa RNA akan ditranskripsi dan ditranslasi untuk menghasilkan genom RNA baru dan protein struktural dari virus tersebut dan selanjutnya akan dirakit (assembly) untuk membentuk virus baru (virions). Virion tersebut akhirnya dilepaskan dengan bantuan vesikel secara eksositosis dan virus akan menyerang sel inang baru untuk proses reproduksi baru.
Gambar 3. Klik gambar untuk memperbesar! Mekanisme infeksi MERS-CoV dalam sel inang (Lu et al., 2013). |
Leave a Reply