Arsip

Kategori

Osmosis Pada Sel Tumbuhan

Tubuh tumbuhan terdiri dari satuan yang dikenal secara morfologi yaitu sel, yang masing-masing diselubungi oleh dinding sel dan melekat pada sel lain dengan adanya perekat sel (Santoso, 2005). Plasma sel dibungkus oleh selaput tipis yang disebut membran plasma. Selaput ini merupakan membran dwi lapis yang mampu mengatur secara selektif aliran cairan dari lingkungan suatu sel kedalam sel dan sebaliknya (Rahayu.dkk, 2005).

Fungsi membran pada dasarnya adalah mengatur lalu lintas molekul air dan ion atau senyawa yang terlarut dalam air untuk keluar masuk sel atau organel-organnel sel. Walaupun membran tidak sepenuhnya bersifat semipermeabel, tetapi tetap saja molekul-molekul air akan lebih leluasa untuk menembus membran dibandingkan dengan ion-ion atau senyawa-senyawa lainnya (Lakitan, 2001).

Pada membran terdapat pori-pori yang sangat kecil, sehingga hanya dapat dilalui oleh molekul-molekul air dan tidak cukup besar untuk dapat dilalui oleh molekul-molekul lain (Lakitan, 2001). Osmosis terjadi apabila ada perbedaan konsentrasi air tinggi ke daerah yang berkonsentrasi rendah. Semakin besar konsentrasi cairan pada kedua sisi membran, semakin tinggi tekanan osmosisnya (VanCleave, 2004). 

Plasmolisis terjadi pada sel tumbuhan jika dimasukkan kedalam larutan hipotonis, menyebabkan air berdifusi ke luar sel. Membran sel akan lepas dari dinding sel, sitoplasma dan inti akan mengkerut, terbentuk ruang kosong antara dinding dengan kerutan sel (Yatim, 1999).

Cara Mengamati Sel yang Mengalami Plasmolisis
Alat dan Bahan

  1. Daun Rho discolor yang jaringan epidermisnya mengandung cairan sel yang berwarna.
  2. Larutan sukrosa dengan molaritas 0.28 M; 0.26 M; 0.24 M; 0.22 M; 0.20 M; 0.18 M; 0.16 M dan 0.14 M.
  3. Mikroskop
  4. Cawan Petri
  5. Kaca benda dan kaca penutup
  6. Pisau siletGelas beaker 100 mL
  7. Pipet
  8. Plastik
  9. Kertas label

Prosedur Kerja

  1. Membuat larutan sukrosa dari konsentrasi yang tertinggi yaitu 0,28 M, dengan cara menimbang sebanyak 95,76 gram kristal sukrosa dan melarutkannya dalam aquades sehingga volumenya menjadi 1liter. Sedangkan untuk membuat konsentrasi larutan yang lebih rendah dengan cara mengencerkan dengan menggunakan rumus: V1.M1=V2.M2, dengan V1=volume awal; V2=volume akhir; M1=konsentrasi awal; M2= konsentrasi akhir.
  2. Menyiapkan 8 buah cawan petri, dan masing-masing diisi dengam 5 mL larutan sukrosa yang telah diberi label pada masing-masing cawan petri berdasarkan konsentrasi larutan.
  3. Mengambil daun Rhoe discolor, kemudian menyayat lapisan epidemis yang berwarna dengan pisau silet.
  4. Merendam sayatan- sayatan epidermis Rhoe discolor pada cawan petri yang sudah diberi larutan sukrosa dengan konsentrasi tertentu. Setiap konsentrasi diisi dengan jumlah sayatan yang sama dan mencatat waktu mulai perendamannya.
  5. Setelah 30 menit, sayatan diambil dan diperiksa dengan menggunakan mikroskop.
  6. Menghitung jumlah seluruh sel pada satu lapang pandang, jumlah sel yang terplasmolisis dan prosentase jumlah sel terplasmolisis terhadap jumlah sel seluruhnya.

Hasil Pengamatan

–> Sel epidermis Rhoe discolor akan mengalami plasmolisis jika konsentrasi pelarut diluar sel lebih rendah dibandingkan didalam sel epidermis Rhoe discolor, akibatnya air yang didalam sel akan berdifusi keluar sel. Sebagai akibatnya cairan sel akan mengalami dehidrasi dan terjadi pelepasan membran sel dari dinding sel (Gambar 1) dan (Gambar 2).

Lihat artikel terkait:
Plasmolisis Sel Bawang Bombay: Berdasarkan Letak Sel

Mh Badrut Tamam
Lecturer Science Communicator Governing Board of Generasi Biologi Indonesia Foundation