Uji Oksidatif-Fermentatif (OF)
Uji Oksidatif-Fermentatif (OF) digunakan untuk mengetahui kemampuan suatu bakteri dalam memetabolisme glukosa secara oksidatif, fermentatif, atau tidak keduanya. Uji OF pertama kali diperkenalkan oleh Hugh dan Leifson pada tahun 1953. Berdasarkan uji tersebut, apabila bakteri mampu memproduksi asam dari karbohidrat pada kondisi aerob maupun anaerob, maka bakteri tersebut bertipe fermentatif. Apabila menghasilkan asam dari karbohidrat pada kondisi aerob saja, maka bakteri mempunyai tipe oksidatif (Hugh & Leifson, 1953). Sementara itu, bakteri nonsaccharolytic tidak mampu memetabolisme glukosa secara fermentatif maupun oksidatif. Ketika uji OF dilakukan pada bakteri nonsaccharolytic, bagian permukaan medium (kondisi aerob) berubah menjadi warna biru. Terjadinya perubahan warna karena bakteri nonsaaccharolytic dapat memproduksi amina dari pemecahan pepton sehingga pH menjadi naik (Hanson 2010). Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, bakteri tipe oksidatif mempunyai sistem enzim sitokrom, sedangkan bakteri tipe fermentatif tidak punya (Benson 2001).
Uji indol
Uji indol adalah uji biokimia yang digunakan untuk mengetahui jenis mikroba yang dapat menghidrolisis triptofan. Cara mengetahui suatu mikroba dapat menghidrolisis triptofan adalah dengan mendeteksi kehadiran senyawa indol. Mikroba yang mampu menghidrolisis triptofan memiliki enzim tryptophanase. Enzim tryptophanase mengkatalisis reaksi hidrolisis triptofan menjadi senyawa indol, ammonia, dan asam piruvat. Asam piruvat dan ammonia masih digunakan sebagai bahan nutrisi oleh bakteri, sedangkan indol tidak digunakan dan diakumulasi pada medium. Medium yang digunakan pada uji indol adalah medium tripton 1% karena sebagian besar terdiri atas senyawa triptofan. Senyawa indol dapat dideteksi dengan penambahan reagen Kovac. Reagen kovac dapat bereaksi dengan indol membentuk senyawa yang berwarna merah pada permukaan dari medium. Apabila terbentuk senyawa merah pada permukaan medium setelah ditetesi reagen kovac, maka mikroba yang diuji positif terhadap uji indol. Sebaliknya, apabila tidak terbentuk senyawa berwarna merah berarti mikroba yang diuji negatif terhadap uji indol (Benson, 2001; Harley & Prescott, 2002).
Uji Metyl Red (MR)
Uji Metyl Red (MR) adalah uji biokimia yang digunakan untuk mengetahui kemampuan mikroba membentuk asam dari hidrolisis glukosa. Bakteri dapat dibedakan berdasarkan produk akhir yang dihasilkan ketika bakteri tersebut memfermentasi glukosa dalam medium MR. Beberapa genus seperti Escherichia, memfermentasi glukosa menjadi asam format, asam asetat, dan asam suksinat. Akumulasi dari asam yang dihasilkan dapat menurunkan pH menjadi 5 atau lebih rendah. Medium yang digunakan adalah medium MR yang memiliki kandungan glukosa dan beberapa buffer seperti pepton dan dipotasium fosfat. Reagen yang digunakan yaitu reagen methyl red. Jika medium berwarna merah setelah diteteskan reagen, berarti mikroba yang diuji menghasilkan senyawa campuran asam. Reagen methyl red akan berwarna merah jika pH turun menjadi 5 atau kurang. Jika medium berwarna kuning setelah diteteskan reagen, berarti mikroba yang diuji tidak menghasilkan senyawa campuran asam. Reagen methyl red akan berwarna kuning jika pH lebih basa (Benson, 2001; Harley & Prescott, 2002).
Uji Voges Proskauer (VP)
Uji Voges Proskauer (VP) merupakan uji biokimia yang digunakan untuk mengetahui bakteri yang dapat memfermentasi glukosa berdasarkan akumulasi 2,3-butanediol dalam medium. Namun, yang dideteksi pada uji VP bukanlah 2,3-butanediol, melainkan acetoin yang merupakan prekursor dari 2,3-butanediol. Senyawa acetoin lebih mudah dideteksi dengan reagen Barrit (larutan alpha-nafthol dan larutan KOH). Kehadiran reagen dan acetoin akan membentuk warna merah pekat. Terbentuknya warna merah pekat menunjukkan uji VP positif, sedangkan tidak terbentuknya warna merah pekat menunjukkan uji VP negatif (Benson, 2001; Harley & Prescott, 2002). Sementara itu, medium yang digunakan adalah medium VP dengan komposisi medium yang sama dengan medium MR (Gandjar dkk. 1992: 82).
Uji Penggunaan Sitrat
Gula Sebagai Sumber Energi
Karbohidrat atau gula merupakan substansi kimia yang sangat penting dibutuhkan oleh makhluk hidup. Karbohidrat memberi banyak manfaat bagi makhluk hidup, seperti penyusun dinding sel bagi bakteri dan tumbuhan, sumber energi, dan elemen jaringan penghubung bagi hewan. Karbohidrat terbagi menjadi tiga kelas, yaitu monosakarida, oligosakarida, dan polisakarida. Monosakarida adalah gula sederhana, tersusun atas unit tunggal polihidroksi aldehid atau keton. Contoh monosakarida yaitu glukosa, galaktosa, dan fruktosa. Oligosakarida terdiri dari rantai pendek dari unit monosakarida. Jenis yang paling melimpah dari oligosakarida adalah disakarida, yang tersusun dari dua unit monosakarida. Dua unit monosakarida dapat berikatan dengan ikatan glikosida. Contoh disakarida adalah maltosa, laktosa, dan sukrosa. Sementara itu, polisakarida adalah polimer gula yang terdiri dari 20 atau lebih unit monosakarida, contohnya adalah selulosa (Nelson & Cox, 2004).
Leave a Reply