Cara Identifikasi Capung Genus Neurothemis

4 minutes reading
Saturday, 7 Apr 2018 15:02 1 5470 Mh Badrut Tamam

Capung, adalah salah satu jenis hewan avertebrata yang tergolong ke dalam ordo Odonata dan tersebar di seluruh dunia, tak terkecuali di Indonesia. Memiliki jumlah dan jenis yang sangat banyak, membuat capung mudah ditemui dimana saja. Meski jumlah dan jenis capung sangat banyak, bentuk tubuhnya yang mirip antara satu jenis dengan jenis lainnya, membuat capung sulit untuk diklasifikasikan. Hal itu membuat capung sulit untuk dipelajari, sehingga membuat sedikit saja orang yang mau mempelajari capung dan seluk beluknya lebih jauh.
Jenis capung yang paling banyak tersebar di Indonesia dan umum ditemui beberapa diantaranya berasal dari famili Libellulidae, dengan genus Neurothemis. Capung jantan dari genus Neurothemis umumnya berwarna merah, baik pada sayap maupun tubuh. Terdapat setidaknya 3 spesies dari genus Neurothemis yaitu Neurothemis fluctuans (Fabricius, 1793), Neurothemis ramburii (Brauer, 1866), dan Neurothemis terminata (Ris, 1911) yang paling umum dijumpai di beberapa pulau di Indonesia. Ketiganya sangat mirip, memiliki kepala, toraks (dada), abdomen (perut), dan sayap berwarna merah, sehingga sulit dibedakan satu sama lain.

Ketiga capung di atas sangatlah mirip dari kejauhan. Beberapa orang mungkin akan menganggap bahwa ketiga capung tersebut adalah spesies yang sama. Warna dasar merah tua, bentuk sayap yang sama, hingga cara hinggap yang sama pula, semakin menguatkan kemiripan dari ketiga capung tersebut. Namun sesungguhnya mereka adalah tiga spesies capung yang berbeda.
Lalu, apakah sebenarnya yang membuat ketiga jenis capung ini menjadi berbeda? Bagaimana ketiga capung tersebut bisa diklasifikasikan sebagai spesies yang berbeda? Ada beberapa hal mendasar namun membutuhkan kejelian tinggi untuk bisa membedakan ketiga capung tersebut. Perbedaan mendasar tersebut terletak di pola tepi warna merah pada sayap ketiga capung tersebut. Ketiga gambar ujung sayap capung di bawah ini menunjukkan bahwa ujung sayap masing-masing capung memiliki pola tepi warna merah yang berbeda dan menjadi penanda perbedaan ketiga spesies capung tersebut. Pada ordo Odonata ini, setiap capung yang memiliki pola sayap yang berbeda, akan diklasifikasikan sebagai spesies yang berbeda.

Gambar tersebut menunjukkan bentuk sayap capung dengan pola tepi warna merah melengkung tajam hingga nyaris ke pangkal sayap. Ciri tepi warna merah tersebut dimiliki oleh spesies N. fluctuans. Spesies ini dapat dibedakan dari N. ramburii dan N. terminata karena warna merah pada tubuhnya yang lebih cerah dan ukuran tubuhnya yang paling kecil. Gambar 2 adalah spesies N. ramburii, tampak memiliki pola tepi warna merah yang hampir mirip dengan N. fluctuans, hanya saja tepian merah ini tak sedalam N. fluctuans. Gambar 3 merupakan spesies N. terminata. Spesies ini paling mirip dengan N. ramburii karena memiliki ukuran tubuh yang sama dan warna merah yang lebih gelap. Perbedaannya yaitu N. terminata memiliki sayap transparan lebih sempit dengan pola warna merah bertepi lurus.
Selain perbedaan pada pola tepi warna merah di sayap, terdapat pula perbedaan pada pola venasi sayap (yang nampak seperti jaring-jaring pada sayap capung). Venasi sayap tersebut memliki pola tertentu yang hanya bisa diamati menggunakan lup atau kaca pembesar seperti terlihat pada gambar di bawah ini:

Mengamati capung, memang bukanlah perkara mudah. Ada beberapa cara untuk mengamati capung agar bisa mengetahui jenisnya. Cara yang pertama adalah dengan teknik fotografi makro, dengan begitu bisa mengamati objek (dalam hal ini capung) tanpa perlu menyentuh objeknya. Memotret capung apalagi capung besar (Anisoptera) termasuk cukup mudah, karena capung memiliki kebiasaan berdiam diri cukup lama di tempat ia bertengger jika tidak ada sesuatu yang mengganggunya. Sesekali ia akan terbang memutar lalu kembali ke tempat awalnya bertengger.
Cara kedua adalah cara yang paling sering digunakan oleh peneliti capung, yaitu dengan teknik capture and release. Capung mula-mula ditangkap menggunakan insect net, lalu kemudian diamati dan didokumentasikan, selanjutnya dilepaskan. Namun, beberapa ada juga yang ditangkap kemudian diawetkan untuk keperluan pembuatan spesimen terutama untuk capung jenis baru.

Penulis: Gahar Ajeng Prawesthi, S. Pd.

Referensi:

  1. Joko Setiyono dkk. 2017. Dragonflies of Yogyakarta
  2. Malte Seehausen & Rory A. Dow. 2016. Morphological studies and taxonomic considerations on the ‘reddish-brown-winged’ group of Neurothemis Brauer, 1867 with the description of N. taiwanensis sp. nov.
Mh Badrut Tamam

Mh Badrut Tamam

Lecturer
Science Communicator
Governing Board of Generasi Biologi Indonesia Foundation

1 Comment

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

    -
    6 year ago

    Bisa tuliskan tahun terbit tulisan ini agar bisa dikutip.

    Reply

Arsip

Kategori

Kategori

Arsip

LAINNYA
x