Bakteri dengan potensi menghasilkan emas pertama kali diisolasi pada tahun 1976 dari limbah industri pengolahan logam yang berlokasi di Belgia. Kemampuannya untuk mendetoksifikasi emas dengan mengubahnya menjadi emas metalik ditemukan pada tahun 2009. Cupriavidus metallidurans artinya “tahan logam” adalah spesies bakteri unik yang bertahan hidup di lingkungan dengan konsentrasi logam berat tinggi, yang dapat menjadi racun bagi bakteri lain. Cupriavidus metallidurans, bakteri Gram-negatif berbentuk batang yang hidup di tanah yang mengandung logam, bakteri ini mengekstraksi emas dari senyawa logam berat di lingkungan, membentuk “nano-nugget emas kecil”.
Memproduksi emas murni dari bakteri tampaknya merupakan suatu keuntungan di saat harga emas melonjak. Namun apakah ini berarti dapat menghasilkan emas dari bakteri dan diproduksi skala besar? Meskipun bakteri ini dapat menghasilkan emas murni 24 karat, namun dikatakan bahwa eksperimen ini dalam skala yang lebih besar akan memakan biaya yang mahal. Jadi, kita tidak boleh melihat hal ini sebagai investasi emas dalam krisis ekonomi.
Logam ditemukan di lingkungan dalam konsentrasi berbeda. Ion emas bebas ditemukan dalam jumlah besar di media air karena potensi redoks Au (I) dan Au (III) melebihi air, yang dapat menyebabkan toksisitas emas pada organisme. Untuk memerangi toksisitas, bakteri secara aktif mengangkut emas keluar dari sitoplasma melalui pompa efflux. Kondisi pertumbuhan yang berbeda juga dapat mempengaruhi kemampuan bertahan hidup sel dalam menanggapi kontaminan logam beracun.
C. metallidurans memiliki enzim yang disebut CupA yang berperan dalam memompa kelebihan tembaga. Ketika emas dan tembaga berada di lingkungan dan bersentuhan dengan bakteri, bakteri menonaktifkan enzim ini dan megaktifkan enzim lain, yaitu CopA. Enzim ini mengubah emas dan tembaga kembali ke bentuk aslinya yang sulit dicerna. Hal ini memastikan bahwa lebih sedikit senyawa tembaga dan emas yang masuk ke dalam sel. Bakteri menjadi lebih sedikit keracunan dan enzim yang memompa keluar tembaga dapat membuang kelebihan tembaga tanpa hambatan.
Di alam, Cupriavidus metallidurans memainkan peran penting dalam pembentukan apa yang disebut emas sekunder alami. yang muncul setelah penguraian bijih emas purba primer yang terbentuk secara geologis. Ini mengubah partikel emas beracun yang terbentuk selama proses pelapukan menjadi partikel emas yang tidak berbahaya, sehingga menghasilkan bongkahan emas. Kemampuan Cupriavidus metallidurans ini dapat berguna sebagai biosensor untuk industri pertambangan emas, penerapan dalam bioremediasi. Namun, ia juga dianggap sebagai “alkemis modern” karena kemampuannya mengendapkan emas padat dari air emas (III) tetraklorida, menghasilkan emas 24 karat dalam waktu seminggu.
Tidak ada komentar