Termasuk jenis burung hantu langka dengan ukuran besar (30 cm). Pada lempeng muka berwarna merah-karat terang. Tubuh bagian sisi atas berwarna merah-karat serta hitam tanpa bintik putih, sedangkan tubuh bagian sisi bawah berwarna merah karat terang dengan pola bintik hitam.
Habitat burung ini endemik di Sulawesi Utara dan Sulawesi Tengah. Status konservasi IUCN kategori rentan (VU) dan termasuk Appendix II,
4. Tyto longimembris (Serak Padang / Eastern Grass-Owl)
Bagian atas berwarna coklat gelap atau cokelat dengan bintik-bintik pucat. Memiliki pola bar hitam dan cokelat pada sayapnya dan paruh pucat, kaki berbulu, mata coklat gelap. Ukuran panjang jantan dewasa dari 32-38 cm, betina yang lebih besar dapat mengukur dari 35-42 cm. Lebar sayap lebih dari 100-116 cm.
Di Indonesia, penyebarannya di Sulawesi, NTB, dan Papua. Status konservasi IUCN kategori Resiko Rendah (LC) dan masuk Appendix II.
5. Tyto nigrobrunnea (Serak Taliabu / Taliabu Masked Owl)
Ukuran 32 cm. Piringan muka berwarna coklat kemerah-jambuan, bagian sekitar mata gelap. Tubuh bagian sisi atas berwarna gelap, dan tubuh bagian bawah berwarna coklat keemasan dengan pola bintik hitam.
Termasuk burung endemik di Taliabu, Kepulauan Sula. Status konservasi IUCN ketegori Terancam dengan Perdagangan internasional: Appendix II.
6. Tyto novaehollandiae (Serak Australia / Australian Masked Owl)
Ukuran sangat besar (41 cm). Bagian punggung dan sayap berwarna abu-abu gelap, memiliki banyak pola bercak putih dan hitam. Bagian tubuh bawah dan muka berwarna putih, terkadang ada warna coklat muda. Garis luar piringan muka dibatasi dengan garis gelap tebal.
Penyebarannya di Indonesia berada di Papua bagian selatan. Status konservasi IUCN masuk dalam daftar: Resiko Rendah (LC) dan Perdagangan internasional: Appendix II.
7. Tyto rosenbergii (Serak Sulawesi / Sulawesi Masked Owl)
Ukuran besar (43-46 cm). Piringan muka berwarna putih agak gelap dengan tepi gelap, mahkota abu-abu. Bagian sisi bawah tubuh berwarna abu-bau kecoklatan pucat dengan pola bintik kehitaman, bagian sisi tubuh atas berwarna coklat abu-abu dan agak gelap. Ekor memiliki palang tebal.
Termasuk burung endemik di Sub-Kawasan Sulawesi, yakni di Sangihe dan Banggai. Terdiri dari dua subspesies, yakni T. r. rosenbergii dan T. r. pelengensis. Status konservasi IUCN kategori Resiko Rendah (LC) dan masuk ke dalam Appendix II.
Ukuran sedang (29 cm). Piringan muka bertepi berwarna gelap, bagian tubuh sisi atas terdapat pola totol. Pada subspesies cayelii, warna seluruh tubuh lebih didominasi kuning kecoklatan, bagian tubuh sisi atas lebih hitam.
Burung hantu ini endemik di Maluku selatan dan NTT. Terdiri dari dua subspesies, yakni T. s. sororcula dengan penyebaran di Pulau Seram dan T. s. cayelii dengan penyebaran di Kepulauan Tanimbar. Status IUCN masih kekurangan data (data deficient) dan status perdagangan appendix II.
9. Tyto tenebricosa (Serak Hitam / Greater Sooty Owl)
Ukuran besar (36 cm). Burung ini merupakan satu-satunya serak yang memiliki warna abu-abu jelaga di Papua. Warna mata hitam besar, ukuran sayap lebar dan membulat. Kaki besar, berbulu lebat serta dilengkapi dengan cakar yang kuat. Pada individu betina mirip jantan, namun memiliki ukuran lebih besar. Subspesies T. t. arfaki memiliki ukuran lebih kecil, warna gelap pada bagian tubuh sisi bawah dan lebih bervariasi.
Status konservasi IUCN yakni Resiko Rendah (LC) dan status Perdagangan internasional Appendix II.
Ukuran sedang (27 cm). Memiliki warna coklat kemerahan. Tampilan mirip sperti Serak Jawa yang memiliki bentuk muka seperti hati dan terkadang memiliki struktur seperti “telinga” tegak. Tubuh bagian sisi atas berwarna coklat kemerahan dengan pola bintik-bintik hitam dan putih. Tubuh bagian sisi bawah berwarna kuning kemerah-jambuan dengan pola bintik hitam, piringan muka berwarna kemerah-jambuan.
Penyebarannya di Sunda Besar, Kep. Natuna, Nias, dan Belitung. Status konservasi IUCN termasuk Resiko Rendah (LC) dan status perdagangan internasional Appendix II.
11. Bubo sumatranus (Beluk Jampuk / Barred Eagle-Owl)
Ukuran besar (45 cm). Memili pola garis-garis tebal. Warna bulu abu-abu tua dengan berkas telinga tegak yang mencolok. Sisi tubuh bagian atas berwarna coklat kehitaman dan memiliki garis kuning tua halus seluruhnya, warna alis putih. Sisi tubuh bagian bawah berwarna abu-abu keputih-putihan, dengan garis hitam tebal, warna paruh kuning, dan warna kaki kuning pucat.
Terdapat dua subspesies, yakni B. s. sumatranus yang berada di Sumatra dan B. s. strepitans yang berada di Kalimantan, Jawa dan Bali.
Status konservasi IUCN: Resiko Rendah (LC) dan Perdagangan internasional : Appendix II.
Ukuran sangat kecil (16 cm). Tubuh memiliki garis-garis. Warna mata kuning dan kerah pucat, tidak punya cuping telinga. Tubuh bagian sisi atas berwarna coklat muda, memiliki garis warna kuning kemerahan. Mahkota berwarna abu-abu, terdapat bintik mata kecil putih / kemerahan, terdapat garis coklat yang melintang pada bagian tenggorokan yang putih. Warna dada dan perut kuning dengan garis hitam, paha dan tungging berwarna putih bercoret coklat.
Di Indonesia terdapat dua subspesies yakni G.b. peritum yang berada di Sumatera dan G.b. borneense yang berada di Kalimantan. Status konservasi IUCN masuk dalam Resiko Rendah (LC) dan status Perdagangan internasional: Appendix II.
Burung ini termasuk endemik Jawa dan Bali. Ukuran tubuh kecil (24 cm), dengan warna coklat merah-bata. Seluruh bagian tubuh memiliki garis-garis, tidak memiliki berkas telinga. Sisi tubuh bagian atas berwarna merah bata dan memiliki garis kuning tua dengan garis terputus pada bagian pinggir skapular. Sisi tubuh bagian bawah sebagian berwarna besar coklat dan memiliki garis kuning tua, keputih-putihan dengan sisi tubuh coklat berangan. Garis tenggorokan berwarna putih dengan bercak coklat dan kuning di bawahnya (ciri yang mencolok).
Status konservasi IUCN masuk dalam daftar Resiko Rendah (LC) dan Status Perdagangan internasional : Appendix II.
Tidak ada komentar