Arsip

Kategori

Biologi Ular Anang (King Kobra)

nama latin ular king kobra, nama ilmiah ular king kobra, klasifikasi ular king cobra, ciri ciri ular king kobra, king cobra
King Kobra merupakan jenis ular berbisa mematikan yang ada di Indonesia. Pemberiaan nama King Cobra dikarenakan ukuran ular tersebut yang besar serta berbisa. Di Indonesia, ular ini memiliki nama lokal antara lain Ular Anang/Lanang (Jawa) dan Oray Totog (Sunda). Hal yang membedakan antara ular king kobra dengan ular kobra biasa adalah king kobra tidak dapat menyemburkan bisa.

Ciri-ciri Ular King Kobra

Kepala besar dan tumpul, dengan sisik kepala jelas dan terang; memiliki 2 buah sisik besar di belakang parietal (posterior parietal), sisik ini adalah ciri khas ular anang (king kobra). Mata berwarna kuning muda atau perunggu. Dilihat dari matanya, ular king kobra terkesean sebagai ular yang ganas, lincah dan pemberani. Sisik ke-3 dan ke 4, bibir atas (suprabials) menyentuh mata.
Taring bisa terletak di rahang atas bagian depan (anterior maxilla) ukurannya besar dan cukup panjang dengan tipe pada umumnya beralur.
Badan umumnya agak ramping dan agak panjang dengan ekor meruncing pada ujungnya. Warna tubuhnya ada yang hitam gelap, hitam keabu-abuan, hitam-kebiruan, coklat, dan coklat kekuningan. 
Pada bagian dagu dan leher berwarna kuning atau jingga dengan sedikit titik-titik hitam. Pada bagian dorsal yang melebar (hood) terdapat pita-pita melintang sebanyak 5-7 baris dengan warna kuning atau putih. 
Ventral berwarna kelabu, kecoklatan atau hitam keunguan. Sisik ventral 215-262, anal tunggal, subcaudal 80-120 dengan anterior subcaudal tunggal dan posterior subcaudal berpasangan.  Jumlah sisik dorsalnya 15-16 baris. Panjang maksimum 6 meter. Ular king obra adalah ular berbisa yang paling besar dan paling panjang di dunia. 

Reproduksi, Perilaku, dan Makanan Ular King Kobra

Ular King Kobra merupakan jenis ular ovipar yang dapat bertelur sebanyak 20-50 butir. Ular betina akan meletakkan telur tersebut di atas dedaunan dan ranting dengan tujuan untuk meningkatkan suhu akibat dekomposisi selama inkubasi. Telur akan menetas setalah 70-81 hari. Selama masa perawatan induknya, ular king kobra sangat agresif sekali.
King kobra aktif di siang hari (diurnal). Di alam bebas, ular ini cenderung melarikan diri ketika bertemu manusia kecuali saat menjaga telur maka cenderung melawan. Jika terusik, ular ini akan menegakkan kepala hingga 1,5 meter lebih sambil melebarkan hood yang mirip sendok dengan suara menderu-deru.
Sesuai dengan namanya, ular ini memakan ular lain seperti ular sanca (Phyton) dan ular tikus (Ptyas) serta memangsa hewan reptil lainnya seperti kadal dan biawak.
King kobra memakan Ular Sanca.

Klasifikasi 

Nama latin/ilmiah ular king kobra adalah Ophiophagus hannah, yang secara etimologi, kata Ophiophagus berasal dari Bahasa Yunani ὄφις + φαγία yang artinya “Pemakan Ular”, sementara kata hannah berasal mitologi Yunani. Genus Ophiophagus di dunia hanya ada satu spesies saja. Berikut klasifikasi ulang king kobra/ular anang:
Kingdom : Animalia
Filum: Chordata
Kelas: Reptilia
Ordo: Squamata
Famili: Elapidae
GenusOphiophagus 
SpesiesOphiophagus hannah
Ophiophagus hannah memiliki sinonim antara lain: Hamadryas hannah CANTOR 1836; Naja bungarus SCHLEGEL 1837; Hamadryas ophiophagus CANTOR 1838; Naja vittata ELLIOTT 1840; Dendraspis bungarus FITZINGER 1843; Hamadryas elaps GÜNTHER 1858; Ophiophagus elaps GÜNTHER 1864.

Habitat dan Penyebaran

Habitat ular ini dapat dijumpai di gua, dekat sungai di hutan terbuka, semak belukar bambu, daerah pertanian, dan rawa. Penyebaran atau distribusi ular king kobra yakni mulai dari India Utara, Tiongkok, Hong Kong, Hainan, Sepanjang Semenanjung Malaya, Indonesia dan Filipina.
Peta distribusi ular king kobra (www.iucnredlist.org).

Jenis Bisa

Ular king kobra memiliki bisa jenis neurotoksin dengan warna kuning tua yang diproduksi di kelenjar bisa yang terletak di postorbital. Berdasarkan penelitian Vonk, dkk. (2013), komponen bisa/venom ular king kobra terdiri atas:
  • 3FTx (snake three-finger toxin), 
  • SVMP (snake venom metalloproteinase), 
  • CRiSP (cysteine-rich secretory protein),
  • PA2 (phospholipase A2), 
  • CVF (cobra venom factor), 
  • VEGF (PDGF/VEGF growth factor), 
  • LAAO (Flavin monoamine oxidase [L-amino-acid oxidase]), 
  • NP (natriuretic peptide), 
  • PDE (phosphodiesterase), 
  • Vespryn (ohanin/vespryn), 
  • Kallikrein
  • Kunitz (venom Kunitz-type).

Sistem Venom pada Ular King Kobra yang terdiri dari 
kelenjar bisa/venom dan kelenjar aksesoris (Vonk et al, 2013).

Referensi:

  1. Budhy Suhono. 1986. Ular-ular Berbisa di Jawa. Penerbit Antar Kota
  2. Riza Marlon. 2014. Panduan Visual dan Identifikasi Lapangan: 107+ Ular Indonesia. Indonesia Nature & Wildlife Publishing.
  3. Vonk, Freek J et al. 2013. The king cobra genome reveals dynamic gene evolution and adaptation in the snake venom system. PNAS December 17, 2013 110 (51) 20651-20656; https://doi.org/10.1073/pnas.1314702110
Mh Badrut Tamam
Lecturer Science Communicator Governing Board of Generasi Biologi Indonesia Foundation