Proses fermentasi pada awalnya merupakan teknik yang dilakukan untuk pengawetan produk pangan, namun seiring berkembangnya teknologi dalam bidang fermentasi, telah memungkinkan manusia untuk memproduksi berbagai produk yang tidak dapat disintesis dalam tubuh dan sulit diproduksi melalui proses kimia (Rahayu, 2010). Setiap bahan pangan memiliki daya awet yang berbeda tergantung dari sifat bahan pangan itu sendiri dan penanganannya selama pengolahan dan penyimpanan. Salah satu penyebab utama kerusakan bahan pangan selama penyimpanan adalah kontaminasi oleh mikroba dari luar maupun yang secara alami terdapat dalam bahan pangan tersebut. Cara untuk memperpanjang daya simpan bahan pangan dapat dilakukan dengan berbagai cara misalnya penyimpanan pada suhu dingin, pengolahan menggunakan panas, irradiasi, pengaturan kelembaban, menjaga pH tetap optimal, fermentasi, pengemasan atau dengan pengaturan pada gas atmosfer, dan penambahan bahan kimia. Selain itu dapat dilakukan penambahan bahan pengawet yang mampu menghambat pertumbuhan mikroba penyebab kebusukan produk pangan, contohnya bakteriosin yang dihasilkan oleh bakteri asam laktat (BAL) (Fawzya, 2010).
Penulis: Yolandina Salsabila Putri
Sumber Gambar: Wikipedia
Referensi:
- Arqués, L. J., Rodríguez, E., Langa, S., Landete, J., & Medina, M. 2015. Antimicrobial Activity of Lactic Acid Bacteria in Dairy Products and Gut: Effect on Pathogens. BioMed Research International, 2015, pp.1 – 9.
- Brötz, H., & Sahl, H-G. 2000. New Insights into the Mechanism of Action of Lantibiotics-diverse Biological Effects by Binding to the Same Molecular Target. Jornal of Antimicrobial Chemotherapy, 46, pp.1–6.
- Broughton, J. D. 2005. Nisin As Food Preservatives. London: Danisco.
- Fawzya, N. Y. 2010. Bahan Pengawet Nisin: Aplikasinya pada Produk Perikanan. Squalen, 5(3), pp.79 – 85.
- Rahayu, E. S. 2010. Lactic Acid Bacteria and Their Role in Food and Health: Current Research in Indonesia. Kuala Lumpur: Paper presented in International Symposium of Lactic Acid Bacteria.
Leave a Reply