Arsip

Kategori

Teknik Pelarian Mangsa dari Pemangsa

Hubungan antara satu spesies dengan spesies yang lain disebut interaksi. Terdapat beberapa jenis interaksi, salah satunya adalah predasi. Predasi merupakan suatu hubungan makan dan dimakan antara satu organisme dengan organisme lainnya, yaitu predator (pemangsa) dan prey (mangsa) sebagai subyeknya.

Predator akan menunjukkan perilaku khusus dan mengembangkan mekanisme dalam meningkatkan efisiensi saat menemukan dan menangkap mangsa. Perilaku tersebut dapat terlihat seperti pada seekor elang yang akan terbang rendah saat akan menerkam mangsa. Sebaliknya, prey mengalami tekanan selektif yang kuat untuk mengurangi peluang termakan mangsa. Prey memiliki kelakuan mempertahankan diri terhadap predator dengan meningkatkan kewaspadaan atau dalam ilmu ekologi disebut anti-predator.
Keputusan prey dalam menghadapi predator didasarkan kepada kemampuan prey untuk menilai keberadaan predator, membedakan antara predator dengan tingkatan resiko yang akan diberikan oleh predator, memilih teknik bertahan yang efektif terhadap predator tertentu, keberadaan hubungan timbal balik antara predator dan prey untuk membuat keputusan bagi prey. Oleh karena itu, dibutuhkan suatu teknik yang digunakan oleh prey untuk lari dari predator. Para ahli ekologi telah mengidentifikasikan empat teknik pelarian prey, yaitu lari berdasarkan jumlah atau waktu, lari dalam ruang, lari oleh ukuran, lari dengan mekanisme pertahanan lain.
a. Lari Berdasarkan Jumlah atau Waktu
Teknik pelarian prey dalam jumlah dilakukan dengan mengelompok bersama untuk mengurangi peluang salah satu individu kelompoknya akan terambil. Teknik berkelompok dapat meningkatkan upaya dalam menghindari predator dengan membuat pertahanan kelompok yang lebih efektif dibandingkan dengan pertahanan individu.
Sedangkan teknik pelarian prey berdasarkan waktu dilakukan dengan cara bereproduksi cepat sehingga predator tidak menekan pertambahan prey tersebut. Prey dapat berkembang biak lebih cepat dari predator khususnya pada saat musim pertumbuhan populasi keduanya terhambat.
b. Lari dalam Ruang
Teknik pelarian prey berdasarkan ruang berkaitan dengan evolusi mekanisme dispersal jangka panjang yang lebih efisien dari predator dan kemampuan untuk lari dan bersembunyi. Pelarian dalam ruang dimungkinkan terjadi apabila bagian dari habitat tidak secara efektif dieksploitasi oleh predator.
c. Lari dalam Ukuran
Terdapat hubungan antara ukuran predator dengan ukuran prey yang dimangsa, yaitu peluang untuk menangkap, melukai, mematikan dan waktu yang diperlukan untuk menangani prey. Sebagai contoh pada kerang jenis Mytilus yang dapat lolos dari predasi dengan cara tumbuh hingga ukuran yang sangat besar untuk dapat dimakan oleh starfish /Pisaster.
d. Lari dengan Mekanisme Pertahanan Lain
Terdapat beberapa metode pertahanan lainnya, seperti pertahanan kimiawi, mimikri, kamuflase dan korelasi disruptif. Pelarian prey dapat dibantu dengan zat-zat kimiawi, misalnya kandungan alkaloid pada biji-bijian dari anggota Leguminosae yang berpotensi terhadap serangga. Sedangkan mimikri dilakukan dengan mengubah tubuhnya menyerupai warna sekitarnya, misalnya bunglon yang mengubah-ubah warna kulitnya untuk menghindari predator. Lain halnya dengan kamuflase. Teknik kamuflase dilakukan oleh suatu hewan dengan berada di tempat yang memiliki warna atau corak yang menyerupai tubuhnya, misalnya ular hijau yang berada di dedaunan hijau agar tidak terlihat.
Penulis: Monarita Permatasari
Mh Badrut Tamam
Lecturer Science Communicator Governing Board of Generasi Biologi Indonesia Foundation