Zombie Virus kembali ke dunia, apa yang bakal terjadi pada dunia?
Mendengar kata “zombie”, mungkin ingatan kita mengarah pada makhluk mayat hidup yang sering muncul di film fiksi ataupun video game. Zombie ini, di banyak plot film maupun video game menjadi wujud ke dunia baik karena mikroorganisme superpatogenik, hasil eksperimen ilmuwan gila, paparan bahan kimia misterius, ataupun ulah penyihir aliran hitam. Terlepas bagaimana caranya hidup kembali, zombie menjadi wujud dikarenakan kembalinya daya hidup makhluk yang mengalami kematian, namun tidak disertai dengan akal pikiran dan perasaan. Akibatnya, zombie bangkit dan menjadi makhluk buas yang hanya mengutamakan insting saja. Parahnya, virus ini kemudian menyebar di masyarakat disebarkan para zombie ganas, sehingga terjadilah kekacauan massal, runtuhnya tatanan masyarakat, dan akhirnya membawa manusia ke akhir jaman.
Well, itu di dunia fiksi… di dunia ilmiah, zombie memang ada, namun tidak dalam konteks makhluk buas tanpa pikiran pemakan manusia (setidaknya untuk sekarang). Setidaknya, istilah ini dipakai oleh para virolog menjadi Zombie virus (Virus Zombie), untuk menamakan kelompok virus purba yang telah lama inaktif di alam namun menjadi aktif kembali dikarenakan faktor alam yang menghambat proliferasinya telah hilang, sehingga memungkinkan virus purba yang inaktif menjadi aktif kembali [1].
Istilah “Zombie Virus” setidaknya menjadi populer sejak hype-nya film akhir jaman 28 Days Later karya penulis naskah Alex Garland dan sutradara Danny Boyle (keduanya dari Inggris) yang dirilis pada 2002, yang kini telah mencapai status kultus di dunia perfilman bergenre akhir jaman dan menjadi trendsetter bagi karya-karya film dan video game tentang zombie di era kemudian [2]. Namun, istilah zombie virus di dunia ilmiah menjadi populer sejak ditemukannya virus-virus purba pada tanah permafrost yang mencair akibat perubahan iklim dikarenakan pemanasan global.
Zombie virus berasal dari tanah permafrost?
Tanah permafrost sendiri merupakan tanah beku yang senantiasa berada dalam suhu dibawah 0°C. Sekitar 18 juta km² (11 %) permukaan bumi merupakan tanah permafrost, yang mana sebagian besarnya yang dijumpai di Amerika Utara dan Rusia [3, 4]. Dinginnya tanah permafrost mengawetkan biomassa baik tumbuhan ataupun hewan, sehingga biomassa tidak hancur melapuk ataupun terurai meski beribu tahun lamanya [5, 6, 7, 8].
Pada tahun 2014, virus Pithovirus sibericum ditemukan pada sampel tanah permafrost Siberia yang berumur 30.000 tahun merupakan zombie virus pertama [9]. Di tahun 2015, virus Mollivirus sibericum ditemukan dari sampel tanah Siberia berumur 30.000 tahun [10]. Keduanya merupakan contoh zombie virus pertama yang ditemukan. Yang terbaru, di tahun 2022, semakin banyak zombie virus ditemukan. Alempic dkk. [11] menemukan banyak zombie virus baru. Pithovirus mammoth, Megavirus mammoth, dan Pandoravirus mammoth berhasil diisolasi dari wol bangkai mammoth yang membeku selama 27.000 tahun dan juga fosil isi perut mammoth beku berumur 28.600 tahun. Pacmanvirus lupus diisolasi dari bangkai serigala yang membeku 27.000 tahun.Terakhir, Pandoravirus yedoma ditemukan pada sampel tanah permafrost Siberia yang berumur 48.500 tahun.
Keseluruhan zombie virus tersebut dapat terlepas dari “penjara beku” dan masih mampu menginfeksi inangnya, setidaknya dalam eksperimen infeksi virus dengan model Eukariot Acanthamoeba. Sebagaimana dilansir dari Livescience.com [12] dan Newsweek [13], seorang peneliti yang terlibat dalam penelitian Alempic dkk. [11], Jean-Michel Claverie mengungkapkan bahwasannya virus yang dibangkitkan oleh timnya memfokuskan kepada virus yang meninfeksi amoeba dan pemilihan Acanthamoeba sebagai organisme model infeksi tersebut dikarenakan dua alasan utama. Pertama, Acanthamoeba merupakan organisme model untuk kajian infeksi Virus kepada Eukariot yang telah diketahui dengan baik. Kedua, dikarenakan jarak evolusi amoeba seperti Acanthamoeba sangat jauh dari manusia dan hewan. Jauhnya jarak evolusi itu menyebabkan akumulasi sifat yang signifikan dengan manusia dan hewan sehingga penggunaan Acanthamoeba diharap meminimalisir kemungkinan bila virus tersebut dapat mengenai manusia ataupun hewan dan menyebabkan penyakit yang belum diketahui oleh ilmu pengetahuan terkini. Meski demikian beliau menambahkan bahwa masih mampunya virus untuk menginfeksi inangnya setelah puluhan ribu tahun membeku juga memunculkan kekhawatiran tersendiri jikalau ada virus yang benar-benar bersifat patogen dapat terlepas di era dunia modern kekinian ataupun yang akan datang.
Potensi patogen purba pengancam keselamatan manusia dan ekosistem tetaplah dan tidak bisa dianggap remeh. Pada tahun 2016, outbreak Anthrax yang menyerang populasi rusa kutub di Siberia disebabkan oleh strain Bacillus anthracis purba yang dilepaskan dari bangkai-bangkai permafrost yang mencair. Outbreak Anthrax yang terjadi pada saat itu membunuh 1 juta ekor rusa kutub. Selain membunuh rusa kutub, setidaknya 1 orang tewas akibat anthrax dan melukai lusinan orang [14, 15, 16, 17]. Tidak hanya ancaman dari patogen purba saja, kembalinya patogen mengerikan yang pernah disaksikan dunia yang relatif kekinian seperti virus Flu Spanyol 1918 yang mengobrak-abrik tatanan dunia paska Perang Dunia I di era 1918-1920 juga mungkin saja terjadi. Menurut Christie [18], terbuktinya atas kemampuan virus purba untuk aktif kembali setelah lama tertidur permafrost juga membuka peluang untuk kembalinya virus dari kuburan massal korban Flu Spanyol 1918 di permafrost Alaska dapat saja melepaskan virus Flu Spanyol 1918 yang dapat mengulang terjadinya pandemi baru jika kuburan itu mencair. Dua percobaan oleh Reid dkk. pada 1999 [19] dan Biagini dkk. pada 2012 [20] menemukan bahwa virus patogen seberbahaya Flu Spanyol 1918 dan Cacar dapat diisolasi dari biopsi mayat beku dan dikultur, namun untungnya kajian itu tidak dilanjutkan ke taraf lebih lanjut dikarenakan dampak bahaya dan mengancam keselamatan manusia. Meskipun demikian, Wu dkk. dalam reviewnya [21] mengungkapkan bahwasannya peluang tersebut sangat kecil dikarenakan banyaknya faktor yang mempengaruhi survivabilitas suatu patogen purba jika langsung terpapar oleh faktor-faktor lingkungan saat ini yang berbeda dengan masa dimana patogen purba itu aktif di dunia.
Kembalinya patogen purba di era modern bukanlah sesuatu yang tidak mungkin dan harus diwaspadai bersama. Mitigasi dampak perubahan iklim merupakan jawaban dan merupakan tanggung jawab seluruh manusia untuk meminimalisir dan mengurangi dampak negatif akibat perubahan iklim, termasuk kembalinya patogen purba ke dunia.
Referensi
- Mohite, P., Pandhare, R., Mukerjee, N., dkk. 2023. Zombie virus revitalized from permafrost: Facts and fiction. New Microbes and New Infections. 53: 101153. doi: https://dx.doi.org/10.1016/j.nmni.2023.101113.
- Grierson, T. 2021. This Week in Genre History: 28 Days Later reinvented zombie movies 18 years ago. https://www.syfy.com/syfy-wire/28-days-later-zombie-movie-alex-garland-danny-boyle-anniversary.
- Obu, J. 2021. How much of the Earth’s surface is underlain by permafrost? Journal of Geophysical Research: Earth Surface. 126(5): e2021JF006123. doi: https://dx.doi.org/10.1029/2021JF006123.
- Sayedi, S.S., Abbott, B.W.; Thornton, B.F., dkk. 2020. Subsea permafrost carbon stocks and climate change sensitivity estimated by expert assessment. Environmental Research Letters. 15(12): B027-208. doi: https://dx.doi.org/10.1088/1748-9326/abcc29.
- Koven, C.D., Ringeval, B., Friedlingstein, P., dkk., 2011. Permafrost carbon-climate feedbacks accelerate global warming. Proceedings of the National Academy of Sciences USA. 108(36): 14769-14774. doi: https://dx.doi.org/10.1073/pnas.1103910108.
- MacDougall, A.H., Avis, C.A., Weaver, A.J. 2012. Significant contribution to climate warming from the permafrost carbon feedback. Nature Geoscience. 5: 719-721. doi: https://dx.doi.org/10.1038/ngeo1573.
- Abbott, B.W., Jones, J.B., Schuur, E.A.G. dkk. 2016. Biomass offsets little or none of permafrost carbon release from soils, streams, and wildfire: an expert assessment. Environmental Research Letters. 11(3): 034014. doi: https://dx.doi.org/10.1088/1748-9326/11/3/034014.
- de A. Galera, L., Eckhardt, T., Beer, C., dkk. 2023. Ratio of In Situ CO2 to CH4 Production and Its Environmental Controls in Polygonal Tundra Soils of Samoylov Island, Northeastern Siberia. Journal of Geophysical Research: Biogeosciences. 18(4): e2022JG006956. https://dx.doi.org/10.1029/2022JG006956
- Legendre, M., Bartoli., J., Shmakova, L., dkk. 2014. Thirty-thousand-year-old distant relative of giant icosahedral DNA viruses with a pandoravirus morphology. Proceedings of the National Academy of Sciences USA. 111 (11) 4274-4279. doi: https://dx.doi.org/10.1073/pnas.1320670111.
- Legendre, M., Lartigue, A., Bertaux, L., dkk. 2015. In-depth study of Mollivirus sibericum, a new 30,000-y-old giant virus infecting Acanthamoeba. Proceedings of the National Academy of Sciences USA. 112 (38) E5327-E5335 https://dx.doi.org/10.1073/pnas.151079511.
- Alempic, J-M., Lartigue, A., Goncharov, A.E., dkk. 2023. An update on eukaryotic viruses revived from ancient permafrost. Viruses.15(2): 564. doi: https://dx.doi.org/10.3390/v15020564.
- Thompson, J. 2023. ‘Zombie’ viruses have been revived from Siberian permafrost. Could they infect people? https://www.livescience.com/zombie-viruses-permafrost-siberia.
- Dewan, P. 2023. Fact Check: Is ‘Zombie’ virus woken after 48,500 years threat to humanity?https://www.newsweek.com/fact-check-zombie-virus-permafrost-siberia-pandoravirus-yedoma-1763191.
- Doucleff, M. 2016. Anthrax outbreak in Russia thought to be result of thawing permafrost. https://www.npr.org/sections/goatsandsoda/2016/08/03/488400947/anthrax-outbreak-in-russia-thought-to-be-result-of-thawing-permafrost.
- Luhn, A. 2016. Anthrax outbreak triggered by climate change kills boy in Arctic Circle. https://www.theguardian.com/world/2016/aug/01/anthrax-outbreak-climate-change-arctic-circle-russia.
- Mannie, K. 2023. ‘Zombie’ virus revived after 50,000 years trapped in Siberian permafrost. https://globalnews.ca/news/9305181/50000-year-old-zombie-virus-revived-siberia-permafrost/.
- Liskova, E.A., Egorova, I.Y., Selyaninov, Y.O., dkk., 2021. Reindeer anthrax in the Russian Arctic, 2016: Climatic determinants of the outbreak and vaccination effectiveness. Frontiers in Veterinary Sciences. 8: 668420. doi: https://dx.doi.org/10.3389/fvets.2021.668420.
- Christie, A. 2021. Blast from the Past: Pathogen release from thawing permafrost could lead to future pandemics. Cambridge Journal of Science and Policy. 2(2): 1-8. https://dx.doi.org/10.17863/CAM.74501.
- Reid, A.H., Fanning, T.G., Hultin, J.V., Taubenberger, J.K. 1999. Origin and evolution of the 1918 “Spanish” influenza virus hemagglutinin gene. Proceedings of the National Academy of Sciences USA. 96(4): 1651-1656. doi: https://dx.doi.org/10.1073/pnas.96.4.1651.
- Biagini, P., Thèves, C., Balaresque, P., dkk. 2012. Variola virus in a 300-year-old Siberian mummy. New England Journal of Medicine. 367: 2056–2058. doi: https://dx.doi.org/10.1056/NEJMc1208124
- Wu, R., Trubl, G., Tas, N., Jansson, J.K. 2022. Permafrost as a potential pathogen reservoir. One Earth. 5(4): 351-360. doi: https://dx.doi.org/10.1016/j.oneear.2022.03.010.
Leave a Reply