Giant virus (GV) atau virus raksasa, ukurannya dapat lebih besar dari suatu jenis bakteri (Gambar 1). Mereka memiliki genom besar dibandingkan dengan virus lainnya dan memiliki gen unik yang tidak dapat ditemukan dalam organisme lainnya. GV memiliki struktur pembungkus genom yang bernama pseudo-capsid dengan bentuk icosahedral (200-400 nm), dikelilingi lapisan tebal protein filamentous (sekiar 100 nm), dan terdiri atas double-stranded (ds)DNA (300-1000 kbp) yang mengkode sekitar 1000 gen.
Gambar 1. Giant virus golongan Mimiviridae yang diamati pada mikroskop. (Credit: Wikipedia )
GV ketika melakukan replikasi dalam sel inang dapat membentuk sebuah badan inklusi (viral factory) yang terdapat dalam sitoplasma. Badan tersebut berperan dalam proses replikasi dan perakitan GV, hal ini mirip dengan golongan Poxviridae (virus cacar). GV banyak ditemukan pada spesies amoeba, seperti halnya Mimivirus dan Mamavirus. Adanya badan inklusi yang dibentuk oleh GV saat melakukan replikasi memungkinkan interferensi dari virus golongan virofage. Virofage sendiri pada definisinya adalah golongan virus yang dapat bereplikasi di dalam sel dengan memanfaatkan fase replikasi dari virus inang (GV) (Gambar 2).
Genom pada GV mengkode sebuah elemen penting pada mesin translasi, sebuah karakteristik yang sebelumnya diyakini sebagai indikasi bagian dari organisme seluler. Gen tersebut mengkode sebuah enzim yang bernama aminoacyl tRNA synthetase, enzim tersebut berperan untuk katalis proses esterfikasi pada asam amino spesifik saat terjadinya proses translasi. Kehadiran dari keempat gen aminoacyl tRNA synthetase ditemukan pada Mimivirus, genom pada GV memberikan bukti skenario yang memungkinkan dimana virus DNA ini merupakan hasil evolusi dari sel ancestor. Namun hingga sekarang, asal-usul evolusi virus ini masih diperdebatkan.
Gambar 2. Mekanisme replikasi GV Mimivirus dan Virophage. (Sumber: PLos)
Referensi:
No Comments